“Lampung diduga sasaran empuk para teroris dalam penyebaran pahamnya,” kata dia, saat menerima audensi pengurus Perkumpulan Guru Nasional Indonesia (PGMNI) Lampung di Mahan Agung, Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan, masyarakat dengan ketidakstabilan emosi kerap dimanfaatkan untuk dimasukkan ideologi radikalisme sehingga pemahaman sejak dini tentang bahaya radikalisme perlu ditanamkan.
Menurut dia, pemahaman itu pertama kali dari lingkungan keluarga dan kemudian lingkungan pendidikan yaitu sekolah, dan sosialisasi langsung di tengah masyarakat.
Pada sisi lain, lanjutnya, saat ini semakin banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya ke madrasah yang kurikulumnya lengkap, ada pendidikan umum dan agama, tahfidz Alquran, beasiswa ke luar negeri, dan lainnya.
Ia bilang, secara formal pengelolaam madrasah itu tanggung jawab Kementerian Agama sehingga pemerintah daerah dan gubernur tidak bisa ikut campur tangan dalam pengelolaan madrasah.
Ketua Umum PGMNI Lampung, Nazein Rosyadi, menyampaikan, ada kendala dalam menyukseskan proses belajar-mengajar di madrasah, mulai dari fasilitas kelas, sarana prasarana, bahkan infrastruktur.
Mereka ingin Djunaidi ikut memperhatikan bahwa guru madrasah juga punya tugas mencerdaskan anak-anak di Lampung, pula dia merasa masih kurang perhatian dari pemerintah.