Fabio Quartararo Sempat Tak Bisa Pacu Motor MotoGP

Juara dunia MotoGP 2021, Fabio Quartararo, mengakui tidak dapat mengendarai Yamaha YZR-M1 dalam tes pertamanya pada 2018 lalu.

Quartararo sukses mengunci gelar di Grand Prix Emilia Romagna, menjadikannya sebagai pembalap Prancis pertama yang merengkuh titel kelas premier sekaligus mengakhiri puasa juara Yamaha sejak 2015.

Menyisakan dua seri, rider berjuluk El Diablo itu telah berhasil mengemas 10 podium, termasuk lima kemenangan serta lima pole position. Dia juga merupakan satu-satunya yang konsisten mencetak poin di setiap balapan.

Pencapaian gemilang Quartararo tahun ini, tentu saja, membayar kegagalan pada MotoGP 2020. Membuka kejuaraan dengan performa kuat, tetapi kemudian penampilannya menukik tajam sepanjang paruh kedua musim.

Sedikit menengok ke belakang. Awalnya, perekrutan Quartararo oleh Petronas SRT menuai kritikan keras. Sang pembalap tak pernah memenangi lomba Moto3, juga hanya satu kali naik podium tertinggi di Moto2, yakni putaran Catalunya 2018.

Bahkan, Quartararo tidak merasa nyaman sama sekali saat pertama kali menguji coba YZR-M1 pada tes MotoGP Valencia dua tahun lalu, yang mana menuntaskan hari pembuka dengan selisih 2,4 detik.

“Ketika saya menjuarai dua Kejuaraan Spanyol (FIM CEV Moto3 pada 2013 dan 2014), jelas langkah pertama adalah memenangi kejuaraan dunia Moto3,” tutur Quartararo seusai ditahbiskan sebagai juara dunia MotoGP 2021.

“Tapi saya bahkan tidak meraih kemenangan. Kemudian saya pindah ke Moto2, saya mencoba untuk menemukan kembali kepercayaan diri.

“Tahun pertama tidak tercapai. Tahun kedua, ya, kami memenangi dua balapan. Oke, yang satu dicoret (kemenangannya di Jepang dibatalkan karena pelanggaran teknis). Namun saya tahu bahwa kami memenangi dua balapan.

“Tetapi saya tidak menyangka bisa naik ke MotoGP, jadi juara dunia Moto2 (juga) tidak mungkin didapat.

“Jadi, satu-satunya cara untuk menjadi juara dunia adalah di MotoGP. Kami mencapainya dan itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya harapkan.

“Ketika kami menjalani tes pertama di Valencia pada 2018, saya berkata ‘Apa yang saya lakukan dengan motor ini?’

“Saya tidak bisa mengendarainya, (ada) begitu banyak tenaga. Sekarang ini, saya meminta lebih banyak. Langkahnya lambat, tapi bagus.

“Hari pertama saya finis (terpaut) tiga detik (di belakang), lalu dua detik. Hari terakhir di Jerez, kami finis 0,8 detik (di belakang).

“Sepang sangat sulit. Kemudian di Qatar kami membuat langkah besar dan kami finis P2 dalam tes dan sejak saat itu saya tahu saya baik-baik saja.

“(Musim) 2019 bagus dan tentu saja itu adalah mimpi besar untuk menjadi juara dunia dan kami mencapainya.”

Related posts