Dalam rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Aceh, di Banda Aceh, Selasa, bersama Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Sigit menyoroti rendahnya cakupan vaksinasi COVID-19 di provinsi paling ujung Sumatera tersebut.
“Kami bersama Panglima TNI datang langsung melakukan dialog dengan seluruh Forkompinda, lembaga adat yang ada di Aceh, dan seluruh ‘stakeholders’ yang ada, baik dari para tokoh dari pemuka agama. Kami berdiskusi untuk mencari jalan terbaik bagaimana kita bisa meningkatkan akselerasi percepatan vaksinasi di wilayah Aceh,” kata Sigit dikutip dalam keterangan tertulis Divisi Humas Polri.
Sigit dalam arahannya mengatakan kunci untuk mengakselerasi vaksinasi adalah dengan terwujudnya sinergitas dan soliditas antara TNI, Polri dan pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat.
Untuk mempercepat vaksinasi, Sigit menyarankan dilakukan sistem target dan bekerja sama dengan wilayah-wilayah yang berdekatan atau aglomerasi.
“Lakukan vaksinasi dengan sistem ‘targeting’ dan kerja sama antardaerah yang berdekatan atau aglomerasi. Sehingga mampu meningkatkan capaian vaksinasi dengan cepat. Forkopimda kabupaten/kota harus kompak dalam melaksanakan akselerasi vaksinasi,” ujarnya.
Jenderal bintang empat itu mengungkapkan, realisasi vaksin dosis pertama di Banda Aceh mencapai 80 persen. Tetapi di wilayah Aceh lainnya yang masih tergolong rendah.
Sehingga jika di rata-ratakan di skala nasional, Aceh hanya berada di angka 31 persen cakupan vaksinasi dosis pertama. Sementara, beberapa provinsi sudah ada di angka 50 persen bahkan adapula yang sudah 100 persen, seperti DKI Jakarta, Bali, Kepulauan Riau, dan DIY.
“Tentunya kesenjangan ini harus dikejar terus. Karena di beberapa wilayah Indonesia untuk dosis pertama seperti DKI Jakarta, Yogya, Kepri dan Bali sudah 100 persen,” ucap Sigit.
Menurut mantan Kabareskrim Polri ini, sinergitas dan soliditas seluruh “stakeholders” atau pemangku kepentingan di Aceh dapat mewujudkan target Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) untuk mencapai vaksinasi sebesar 70 persen.
“Sehingga apa yang jadi target Pak Presiden di bulan November mencapai 60 persen dan akhir Desember bisa tercapai 70 persen,” ujar Sigit.
Sigit juga mengungkapkan, kunci untuk menghadapi pandemi COVID-19 adalah strategi kombinasi. Yakni, melaksanakan vaksinasi secara maksimal, menjaga dan selalu menerapkan protokol kesehatan (prokes) dan melakukan “treatment” terhadap masyarakat yang positif, sehingga bisa diselamatkan dengan baik.
“Ini kombinasi yang harus terus dilaksanakan. Karena memang dengan kerja keras ini, Alhamdulillah Indonesia berada di rangking satu untuk kemampuan pengendalian laju COVID-19 se-Asia Tenggara. Jadi saya kira ini harus dipertahankan tentunya dengan akselerasi vaksinasi,” tutur Sigit.
Selain itu, kata Sigit, merangkul para tokoh agama dan tokoh adat sama-sama melawan informasi palsu atau hoaks soal vaksin, yang menyebabkan sebagian masyarakat masih merasa takut untuk disuntik vaksin.
“Terhadap yang belum vaksin dan masih takut dengan hoaks. Tadi sudah disampaikan oleh para tokoh bahwa itu tentunya tidak benar. Sehingga bagaimana membangkitkan antusias masyarakat mau divaksin itu menjadi sangat penting. Dan ini perlu kerja keras, kerja sama dari seluruh rekan-rekan “stakeholders”, temasuk rekan media untuk bantu sosialisasikan,” ujar Sigit.
Sigit mengingatkan, Indonesia bisa mengantisipasi potensi lonjakan COVID-19 di akhir tahun nanti, dengan adanya percepatan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan.
“Indonesia bisa mempertahankan pengendalian COVID-19 khususnya menghadapi akhir tahun. Karena biasanya akan terjadi lonjakan. Ini harus dijaga dengan prokes yang kuat dan vaksin yang lebih cepat. Sehingga laju COVID-19 bisa dikendalikan dan pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa semakin meningkat,” kata Sigit.
Selain memimpin rapat Forkopimda, Panglima TNI dan Kapolri juga meninjau secara langsung serbuan vaksinasi yang diselenggarakan di Banda Aceh Convention Hall (BACH), serta diikuti serentak di 23 kabupaten/kota se-Provinsi Aceh.