Pembalap Repsol Honda, Pol Espargaro, memiliki sesuatu yang tak biasa dengan menjadikan Alex Baros sebagai referensinya.
Setiap pembalap pasti memiliki idolanya masing-masing yang membuat mereka ingin terjun ke dunia balap motor.
Beberapa pembalap muda mengidolakan Kevin Schwantz, Mick Doohan, Valentino Rossi, atau Dani Pedrosa.
Tetapi, berbeda dengan Pol Espargaro, ia lebih memilih Alex Barros sebagai anutannya, dan mengatakan apa yang dialaminya saat ini hampir sama dengan yang terjadi dengan idolanya di masa lalu.
Barros melakoni debutnya di kelas 500cc pada 1990 ketika usianya baru 19 tahun, dan itu menjadikannya pembalap termuda di kategori tertinggi.
Pada 1993, pembalap asal Brasil itu bergabung dengan Suzuki, dan bertandem dengan Kevin Schwantz yang pada akhir musim menjadi juara dunia.
Hasil terbaik Alex Barros di kelas 500cc didapatkan bersama Sito Pons, yang mana pada 2000 hingga 2002, ia mendpaatkan lima kemenangan dan posisi keempat di klasemen sebagai pencapaiannya terbaiknya.
Salah satu kenangan yang saya miliki adalah melihat Alex di tim Sito Pons, dengan motor kuning,” kata Espargaro dalam Box Repsol.
“Saat itu dia melaju cukup cepat, berjuang untuk memenangi balapan. Tetapi masalah yang dia hadapi adalah dia sering terjatuh, sama seperti saya.
“Bahkan, setiap kali saya jatuh, saya ingat melihat ayah dan saudara laki-laki saya berkata: ‘lihat dia, dia terjatuh lagi’. Jadi dengan Alex, saya memiliki perasaan diidentifikasi dan saya mulai menyukainya sejak saya masih kecil.”
Pemilihan nomor balap yang digunakan Pol Espargaro hingga saat ini juga terinspirasi dari idolanya yang menggunakan #4 sebagai nomor startnya.
“Saya ingat pada awalnya ingin menggunakan nomor yang sama, tapi itu sudah digunakan pembalap lain, akhirnya saya memilih 44,” ujarnya.
“Nyatanya, sekarang bagi saya #44 berarti awal mula. Selalu percaya pada sesuatu atau seseorang yang Anda sukai, untuk tetap setia pada cita-cita Anda, baik keadaan berjalan baik atau buruk.”
Meski mengidolai Alex Barros, Pol Espargaro mengaku tak ingat bagaimana cara idolanya tersebut mengendarai motor.
Pembalap 30 tahun itu juga mengatakan dirinya tak terinspirasi gaya balap Alex Barros dan memilih mencari kenyamanan sendiri.
“Dia tidak memiliki gaya balap yang sangat aneh yang bisa menarik perhatian saya, tapi dia adalah salah satu pembalap ‘jadul’, yang sangat baik ketika berada di atas motor, seperti Kevin Schwantz,” tuturnya.
“Saya berharap suatu hari nanti dapat menjadi inspirasi orang lain, sama seperti saya mengidolai Alex, sebagai pembalap dan pribadi.”