Dengan sepak terjang lebih lama, Marc Marquez yakin kalau Valentino Rossi sudah menghadapi banyak lawan yang sangat berat di MotoGP masa lalu.
Pembalap Petronas Yamaha SRT akan menuntaskan kiprah 26 musim, pada MotoGP Valencia, 14 November mendatang. Dalam kurun waktu tersebut, Rossi merengkuh sembilan gelar juara dunia (1 dari 125cc, 1 250cc, 1 500cc dan 6 MotoGP).
Ia mengoleksi 115 kemenangan (89 di MotoGP), menginjak 235 podium dan 65 pole position. Kendati menorehkan sederet prestasi gemilang, bukan berarti perjuangan Rossi di lintasan sangat mudah.
Apalagi di masa lalu, teknologi motor tidak secanggih sekarang. Jadi skill para pembalap memegang peran sangat penting.
Di masa lalu, Rossi berhasil mengalahkan Noboru Ueda (125cc), Tohru Ukawa (250cc), Max Biaggi, Sete Gibernau, Marco Melandri, Casey Stoner dan Jorge Lorenzo (MotoGP).
Pembalap Tavullia tersebut kerap dibandingkan dengan penerusnya, Marc Marquez. Pembalap Spanyol tersebut sudah mengunci delapan kemenangan (1 125cc, 1 Moto2 dan 6 MotoGP) selama karier 14 musim dalam grand prix.
Pembalap Repsol Honda tersebut meraih 85 kemenangan (59 MotoGP), menjangkau podium 138 kali dan 90 pole position.
Hanya ada lima runner-up, saat ia menjadi kampiun. Andrea Dovizioso merupakan lawan yang paling sering berduel memperebutkan titel (3 musim). Setelah itu, ada Rossi (2), diikuti Lorenzo, Pol Espargaro dan Nico Terol.
Para pembalap yang jadi runner-up ketika Valentino Rossi juara dunia
Seiring dengan percikan-percikan yang timbul akibat persaingan antara Marquez dan Rossi, banyak yang menilai rider 28 tahun itu sebagai lawan paling alot pilot yang memutuskan pensiun.
Namun, kakak pembalap LCR Honda, Alex Marquez, itu merendah. “Valentino punya banyak lawan yang lebih sulit daripada saya,” katanya.
“Dia pernah bertarung dengan Biaggi, Gibernau, Lorenzo. Apa yang dilakukan Valentino untuk sejarah MotoGP sangat bagus.”
Beberapa waktu lalu, Rossi sempat ditanya apakah rapornya sangat menonjol karena level MotoGP kala itu sangat rendah atau tak ada lawan setangguh Marquez.
Para pembalap yang jadi runner-up saat Marc Márquez bertakhta
Ia pun menjawab, “Motivasi dalam karier tergantung pada rival saya. Para pencela saya mengatakan bahwa saya sering menang karena tak punya lawan.
“Seperti yang dikatakan Michael Jordan dalam The Last Dance, dengan lawan berat saya, itu jadi isu personal. Saya beruntung menghadapi dua generasi yang sangat kuat. Pertama datang Rossi muda, yang ingin mengalahkan Biaggi, Gibbernau…
“Bagian kedua dari karier, saya bertemu Lorenzo, Stoner, Dani Pedrosa…Saya lihat diri sendiri di sisi lain. Saya orang tua yang ingin dikalahkan para pembalap muda. Itu merupakan pengalaman bagus dari lawan yang luar biasa.”