Pembalap Suzuki, Alex Rins, merasakan kehilangan figur Team Manager usai keputusan Davide Brivio yang hengkang ke Alpine F1.
Tepat setelah kesuksesan Joan Mir merengkuh gelar juara dunia pembalap, Brivio membuat keputusan mengejutkan, dengan menerima pinangan CEO Renault, Luca de Meo, untuk hijrah ke Formula 1.
Seusai bertahun-tahun berkiprah di dunia balap motor, Brivio rupanya tertarik serta merasa tertantang atas petualangan baru yang ditawarkan Renault. Adapun, dia menjabat sebagai Racing Director Alpine.
Posisi kosong yang ditinggalkan Brivio langsung diambil alih Shinichi Sahara, pemimpin proyek MotoGP. Pria asal Jepang itu bertanggung jawab atas kendali tim dan komite manajemen yang terdiri dari tujuh personel.
Meski awalnya sempat mengelak bahwa kepergian Brivio tak memiliki dampak, hasil balapan Suzuki menunjukkan sebaliknya. Mir serta rekan setim Alex Rins belum juga mencetak kemenangan sejak 2018.
Puncaknya, Mir gagal mempertahankan gelar juara dunia pembalap. Spaniard dipaksa menelan pil pahit lantaran gagal mengimbangi konsistensi Fabio Quartararo sepanjang musim ini.
“Dalam tim, napasnya tidak sama seperti ketika Davide masih ada. Fakta bahwa kami tidak memiliki manajer tim telah diketahui. Bukan karena dia telah pergi, tetapi karena sosok manajer tim itu hilang. Ada banyak rumor dia akan kembali, bahwa dia bertahan di F1, atau dia akan kembali dengan Valentino (Rossi),” ucap Rins di Misano lalu.
“Saya akan sangat senang jika dia kembali ke Suzuki karena saya punya apresiasi yang besar untuknya dan kami memiliki masukan yang sangat baik. Kita lihat saja nanti. Mereka belum mengatakan apa pun kepada kami.”
Alex Rins kemudian mengungkapkan, dirinya sempat mengirim pesan kepada Davide Brivio menanyakan perihal durasi kontrak sang mantan Team Manager bersama Alpine Formula 1.
“Dia bilang kepada saya bahwa pada prinsipnya memiliki satu tahun lagi dengan Alpine dan dia tidak akan kembali. (Tetapi) berita terus keluar, jadi saya tidak tahu,” tuturnya.
“Kami telah melihat tahun ini bahwa itu tidak mudah. Mungkin terlalu banyak pekerjaan untuk pemimpin proyek (Sahara). Dia perlu berkonsentrasi pada hal-hal lain.”
Dari paket motor paling seimbang, Suzuki GSX-RR kini telah berubah menjadi kuda besi yang tertinggal dari para rival pabrikan. Rins menilai, ini bukannya skuad Hamamatsu memburuk, namun tim lain menunjukkan peningkatan.
“Kinerja Suzuki belum turun, tetap sama dan yang lainnya membaik,” ucapnya.
“Kedua pembalap, kami memiliki masalah yang sama. Kami memiliki sedikit defisit aerodinamika dan sedikit di elektronik. Suzuki membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan holeshot belakang.
“Pada tes Misano, kami menguji mesin 2022 dan sasis yang berbeda. Sepertinya kami akan kembali lebih kuat dari tahun ini.”