Pantas ketar-ketir, ternyata Amerika ketinggalan bertahun-tahun dari China dalam senjata hipersonik

Amerika Serikat selalu ketar-ketir kebakaran jenggot jika China menguji coba senjata militernya, termasuk senjata hipersonik. Hal ini lantaran negeri Paman Sam itu sudah tertinggal bertahun-tahun dalam hal senjata hipersonik. Pernyataan itu dilontarkan oleh pakar sekaligus Kepala Eksekutif Raytheon Technologies Gregory Hayes.

Read More

Hayes menjelaskan, Amerika memang memiliki sejumlah program senjata hipersonik dan juga memahami teknologinya. Namun, AS tertinggal dari China karena negeri Tirai Bambu itu telah benar-benar menerjunkan senjata hipersonik mereka.

“Sementara Pentagon memiliki sejumlah program senjata hipersonik yang dalam pengembangan dan memahami teknologinya, China telah benar-benar menerjunkan senjata hipesonik mereka,” kata Hayes dalam wawancara bersama Bloomberg, dikutip Rabu 27 Oktober 2021.

Hayes juga mengatakan bahwa Amerika Serikat tertinggal bertahun-tahun dari China soal senjata hipersonik.

“Kita (AS) setidaknya beberapa tahun di belakang,” ujar dia.

Kemudian, Hayes menjelaskan bahwa kemampuan senjata hipersonik adalah ancaman yang paling tidak stabil bagi Amerika. “Waktu untuk bereaksi sangat-sangat singkat,” ucapnya.

Lebih lanjut, Hayes juga mengatakan bahwa Amerika Serikat harus memiliki sistem otomatis untuk mempertahankan tanah airnya. Dia mengatakan Raytheon sedang fokus pada hal tersebut.

“Kita harus memiliki sistem otomatis untuk mempertahankan tanah air, dan kami fokus pada itu,” katanya dalam wawancara.

“Kami akan memiliki senjata untuk menantang musuh, tetapi yang paling penting saya pikir fokus kami adalah bagaimana kami mengembangkan kontra-hipersonik. Di situlah tantangannya,” imbuh Hayes.

Komentar Hayes itu muncul setelah adanya laporan bahwa China telah melakukan dua uji coba senjata hipersonik beberpa waktu lalu, termasuk salah satu yang disebut kendaraan luncur hipersonik.

Raytheon sendiri dikabarkan sedang mengembangkan rudal jelajah hipersonik dengan militer AS. Unit Rudal dan Pertahanan Raytheon pada bulan September lalu berhasil menguji coba rudal jelajah hipesonik yang dapat meluncur dengan kecepatan lebih dari 5 Mach, sebagai bagian dari kontrak pengembangan untuk Angkatan Udara AS dan Defense Advanced Research Projects Agency, badan pengembangan teknologi Departemen Pertahanan AS.

Sistem senjata hipersonik telah menimbulkan kekhawatiran karena berpotensi mengacaukan hubungan antara Amerika Serikat, China dan Rusia. Senjata itu juga disebut bisa menjadi hal terbesar dalam persaingan antara Beijing dan Washington.

Sumber Berita

Dapatkan update berita viral menarik hanya di BabatPost.com, Jangan Lupa Follow BabatPost.com di Google News

Related posts