“Banyak pelaku usaha tidak siap dengan perubahan yang terjadi. Maka, kalau mau survive (bertahan, red.), ada satu prinsip yang harus mereka jalankan, yaitu adaptasi,” kata LaNyalla dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Ungkapan tersebut dia sampaikan ketika menjadi pembicara kunci dalam Webinar Business Outlook 2022 bertajuk Peran Kadin dalam Menghadapi Dinamika Ekonomi dan Politik Global yang merupakan rangkaian dari Pelantikan Kadin Bojonegoro periode 2021—2026.
Mulai hari ini, kata LaNyalla, semua pengusaha harus mulai memikirkan roadmap (peta jalan) adaptasi. Wajib selalu membaca dan mengikuti perkembangan pola bisnis dengan cermat, dan harus bisa membedakan mana yang hanya sekadar tren singkat dengan mana yang akan menjadi pola baru.
Sejak 2015, kata LaNyalla, jauh sebelum terjadi pandemi COVID-19, tren bisnis dan perekonomian global sebenarnya sudah berubah. Saat itu, di Indonesia, telah terjadi perubahan pola kerja, perubahan proses bisnis, perubahan etika kerja, dan perubahan SOP dalam bekerja.
Perubahan demografi kelompok pekerja dan kemajuan teknologi menumbuhkan kelompok profesional baru yang disebut “Digital Nomad”. Selanjutnya, disusul dengan munculnya istilah virtual office, angel investor, start up, unicorn, dan lain sebagainya. Bisnis tersebut merupakan bisnis lintas batas dan ruang karena perkembangan teknologi 5G.
“Istilah-istilah tersebut mungkin asing di telinga pebisnis model lama karena mereka di dunia fisik seperti saya masih berpedoman pada basis teritorial sehingga masih berkutat dengan istilah-istilah tata ruang dan tata wilayah, kawasan ekonomi khusus, kawasan 3T, ZEE, dan sejenisnya,” katanya.
Perkembangan Digital Nomad mengakibatkan landscape geopolitik berubah atas tuntutan perubahan aktivitas ekonomi. Dari sanalah, lanjut LaNyalla, tumbuh industri-industri baru yang valuasinya bisa lebih besar dari industri lama yang memiliki aset besar dan karyawan ribuan.
Diikuti lahirnya beberapa industri dengan tim kecil, tetapi sangat dihargai, seperti industri kreatif perfilman dan animasi, konsultan riset, analis media sosial dan big data, auditor, public relation, penulis, hingga web designer.
“Fenomena ini akan terus berkembang dan mengalami percepatan akibat revolusi teknologi,” kata LaNyalla.