Ada aspek dalam balapan yang sering diabaikan demi pengembangan teknis, yakni membangun koneksi dan kepercayaan antara rider dan crew chief. Padahal lingkungan adalah kunci sukses, termasuk dalam WSBK, terutama ketika persaingan berjalan sengit seperti musim ini.
Seorang pembalap berbakat dapat menutupi banyak kekurangan, namun hubungan mereka dengan kepala krunya sangat penting. Ini menjadi pembicaraan di Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) setelah keputusan GRT Yamaha memisahkan Garrett Gerloff dari Les Pearson.
Membangun hubungan baru dalam waktu secepat kilat bisa menjadi tantangan nyata. Hal seperti itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu untuk satu sama lain menyesuaikan diri dan mengoptimalkan setiap momen.
Itu adalah salah satu yang harus dilakukan Kawasaki Puccetti Racing dalam putaran di Portugal, dengan Tito Rabat bergabung dengan tim. Crew Chief Mick Shanley perlu beradaptasi dengan pembalap baru setelah satu musim bersama Lucas Mahias.
Tantangannya adalah dalam memahami bagaimana berkomunikasi satu sama lain dan nuansa bahasa serta emosi. Diperlukan waktu untuk masuk pada ritme yang tepat dan selaras dengan kebutuhan kedua belah pihak.
Tugas rider memberi tahu teknisinya bagaimana feeling saat di atas motor sementara kewajiban kepala kru adalah meningkatkan kendaraan pembalapnya dalam jangka waktu yang terbatas.
Memiliki jalur komunikasi yang terbuka sangat krusial demi kesuksesan tim dan pembalap. Mengembangkan kepercayaan serta membangun ikatan kuat vital dan bukan kebetulan bahwa rider paling sukses di musim 2021 telah bekerja dengan crew chief mereka untuk waktu yang lama.
Jonathan Rea dan Pere Riba adalah standar ideal untuk hubungan pembalap-crew chief. Keduanya kini menjalani musim ketujuhnya bersama dan berusaha mempertahankan rekor tidak terkalahkan sebagai juara dunia WSBK. Kini mereka menghadapi tantangan besar dari duet Toprak Razgatlioglu dan Phil Marron.
Mampu memberikan umpan balik (feedback) benar-benar penting bagi seorang pembalap, tetapi tim pun harus dapat mengumpulkan data. Mulai dari elektronik, suspensi hingga ban. Semua jenis informasi dikumpulkan dan dianalisis dalam kombinasi dengan feedback sang rider.
Sebuah tim yang sukses hanya dapat berhasil jika umpan balik dan data pembalap semuanya bekerja dalam arah yang sama untuk pada akhirnya meningkatkan kinerja motor.
Semua anggota tim perlu merasa dihargai dan itulah peran terbesar seorang kepala kru, untuk memanfaatkan kemampuan setiap orang dalam skuadnya dalam mengembangkan solusi terbaik.
Crew chief akan memiliki lembar pengaturan yang menguraikan feedback pembalap, data dari teknisi ban yang berkaitan dengan kondisi trek dan data mekanik tentang penggunaan bahan bakar serta sejumlah variabel lainnya.
Selama sesi debrief, penekanannya akan dipusatkan di sekitar kepala kru dan engineer data, tetapi ini merupakan upaya tim guna bersiap-siap menghadapi balapan.
Sangat mudah untuk hanya fokus pada data dan membiarkan angka membantu teknisi, namun pada akhir setiap latihan, saat pembalap masuk ke garasi, tim akan mencatat umpan baliknya dan kemudian membandingkannya dengan hasil yang mereka harapkan. Makin dekat feedback dengan ekspektasi, maka makin cepat kepercayaan dapat dibangun.
“Saya memiliki beberapa lembar yang dihubungkan dengan berbagai program. Saya akan memiliki rencana sesi kami untuk hari yang saya berikan kepada masing-masing orang,” kata Shanley dilansir Wsbk.com.
“Setelah itu, mereka akan mengembalikannya kepada saya, jadi saya membuat perubahan pada motor. Kami akan memiliki semua informasi tentang motor dan kondisi saat itu berjalan.
“Saya akan mengambil informasi tersebut dan menambahkannya ke lembar pengaturan saya dan itu akan memberi kami set-up sasis yang digunakan dan langkah demi langkah, kami dapat melacak perubahan dan komentara dari pembalap.
“Dengan melihat perubahan dan komentar mereka, kami dapat melacak apa yang positif dan apa yang negatif,” sang crew chief menjelaskan.
Mampu melacak sisi positif dan negatif menjadi lebih penting di musim yang kompetitif seperti WSBK 2021. Satu area di mana tim mencoba menemukan keunggulan adalah dalam memahami ban dan juga bagaimana memanfaatkan alokasinya sebaik mungkin.
Minggu ke minggu, Pirelli telah memperkenalkan banyak solusi baru musim ini dan misalnya, dengan banyak pilihan ban depan, penting untuk memahami kondisinya.
Karenanya, tim mengandalkan teknisi ban guna mencatat suhu lintasan, temperatur lingkungan dan tekanan ban. Suhu awal ban saat meninggalkan pit akan konstan, karena itu akan dihangatkan hingga suhu yang ditentukan dan disimpan dalam selimut sampai detik-detik akhir.
Ketika pembalap kembali ke pit, suhu ban akan diuji dan hasilnya dicatat pada rencana sesi teknisi ban. Tim dapat menilai tingkat keausan dan kinerja dengan menggunakan lembar waktu untuk menunjukkan penurunan setelah sejumlah putaran tertentu.
Dengan banyak analisis dari semua area motor, tanya jawab di akhir setiap sesi memungkinkan para engineer untuk membuat rencana latihan dan solusi yang mungkin pada hari berikutnya.
Mengumpulkan semua informasi yang tersedia adalah pekerjaan terbesar bagi seorang kepala kur. Mereka tidak selalu ditugasi untuk menemukan solusi, tetapi ditantang untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan mengizinkan tim memanfaatkannya.
Sebagian besar crew chief akan datang dari bidang spesialis, tetapi ketika mereka menjadi kepala, target mereka adalah memimpin sekelompok ahli dan membuat semua orang bergerak kea rah yang sama.
Makin banyak data yang dimiliki semakin baik. Persiapan yang sempurna tidak selalu menghasilkan performa perfek, tetapi hal itu memberikan peluang terbaik untuk mendapatkan hasil maksimal pada hari perlombaan.
Motor tidak pernah dalam kondisi sempurna. Pembalap tak pernah perfek. Tujuannya adalah untuk menajdi sedekat mungkin dengan sempurna.