BabatPost.com – Beberapa bulan terakhir ada sejumlah laporan yang mengatakan bahwa ia mengalami masalah menstruasi setelah divaksin. Namun sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan vaksin COVID-19 memiliki efek samping pada perubahan siklus menstruasi.
Komnas KIPI Indonesia menekankan bahwa tidak ada catatan mengenai masalah menstruasi selama tiga fase uji klinis vaksin COVID-19 maupun sejak program vaksinasi berjalan. Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan dalam sejumlah keterangan media juga telah menjelaskan bahwa gangguan siklus menstruasi bukan efek samping dari vaksin COVID-19.
Mengapa gangguan siklus menstruasi dipertanyakan sebagai efek samping vaksin COVID-19?
Beberapa perempuan mengeluhkan mengalami masalah menstruasi setelah mendapatkan vaksin COVID-19. Keluhan ini ramai diperbincangkan di media sosial, terutama dalam sebuah thread twitter Dr. Kate Clancy, profesor antropologi di Universitas Illinois, Amerika Serikat. Tidak sedikit juga perempuan yang membalas utas tersebut dan menceritakan pengalamannya mengalami masalah menstruasi tidak lama setelah divaksin COVID-19.
Dalam cuitan tersebut, Clancy menyampaikan bahwa keluhan-keluhan ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. Terutama karena belum ada data yang memisahkan efek samping vaksin COVID-19 terhadap laki-laki dan perempuan.
Beberapa laporan yang muncul sejauh ini berupa pengakuan beberapa perempuan di media sosial, ada yang mengaku mengalami perubahan siklus menstruasi hingga pendarahan lebih banyak dari pada biasanya. Efek yang dilaporkan bersifat sementara di mana sebagian besar kembali normal dalam hitungan minggu.
Selain ramai di media sosial, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA), sejenis badan pengatur obat dan alkes di Inggris, telah menerima setidaknya 4.000 laporan terkait masalah menstruasi setelah vaksinasi. Jumlah ini terdiri dari 2.734 penerima vaksin Astrazeneca, 1.158 vaksin Pfizer, dan 66 laporan dari penerima vaksin Moderna.
Menanggapi laporan ini, pemerintah Inggris mengatakan masalah ini telah ditinjau oleh para ahli dari Komisi Nasional Vaksinasi dan sekelompok ahli kesehatan reproduksi perempuan. “Bukti saat ini tidak menunjukkan peningkatan risiko gangguan menstruasi atau perdarahan vagina yang tidak terduga setelah vaksin,” tulis website resmi pemerintah Inggris.
Selain itu, jumlah laporan adanya gangguan menstruasi terbilang sangat rendah jika memperhitungkan jumlah perempuan yang telah menerima vaksin COVID-19. Apalagi mengingat gangguan menstruasi tergolong hal yang umum terjadi pada perempuan dengan berbagai faktor penyebab.
Sejauh ini perubahan siklus menstruasi yang banyak dilaporkan di media sosial belum memiliki bukti. Tidak ada catatan laporan resmi masalah ini dalam catatan KIPI vaksinasi COVID-19. Selain itu, belum ada penelitian yang secara langsung menghubungkan perubahan siklus menstruasi dengan vaksin COVID-19.
Pemerintah Inggris mengatakan, MHRA masih memonitor hubungan laporan-laporan masalah menstruasi dengan vaksinasi COVID-19.
Ada banyak faktor yang memengaruhi siklus menstruasi
Menstruasi yang tidak lancar atau tidak teratur mungkin bukanlah hal yang aneh bagi perempuan. Kemungkinan hampir semua perempuan pernah mengalami masalah siklus menstruasi dalam hidupnya. Ada banyak hal yang dapat memengaruhi siklus menstruasi, seperti stres, pola diet, porsi olahraga, pola tidur, atau penyakit.
Kabar baiknya, jika mengalami masalah menstruasi hanya pada satu siklus kemungkinan besar bukan hal yang perlu dikhawatirkan, apapun penyebabnya.
Namun jika masalah menstruasi terjadi selama tiga siklus atau lebih sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Vaksin tidak mempengaruhi kesuburan
Selain beredar laporan masalah menstruasi setelah vaksinasi COVID-19, banyak yang mencurigai adanya dampak vaksin terhadap masalah kesuburan.
Vaksin COVID-19 telah terbukti aman untuk ibu hamil atau pun yang berencana untuk hamil. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) telah merekomendasikan vaksin untuk ibu hamil terutama ibu hamil dengan diabetes, hipertensi, atau memiliki risiko tinggi tertular COVID-19.
Kepala ilmuwan di WHO Dr. Soumya Swaminathan mengatakan bahwa informasi yang mengatakan vaksin dapat mempengaruhi fertilitas adalah hoaks.
“Sama sekali tidak ada bukti ilmiah atau kebenaran di balik kekhawatiran ini bahwa vaksin entah bagaimana mengganggu kesuburan, baik pada laki-laki atau perempuan, karena apa yang dilakukan vaksin adalah merangsang respons kekebalan terhadap protein atau antigen tertentu dari virus atau bakteri itu. Tidak mungkin vaksin dapat mengganggu fungsi organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan,” tegasnya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa vaksin lain yang memiliki efek sementara pada siklus menstruasi seperti vaksin HPV, terbukti tidak mempengaruhi kesuburan.