BabatPost.com – Mereka yang positif COVID-19 dengan CT value rendah sering kali khawatir akan mengalami gejala berat. Sedangkan mereka yang memiliki CT value tinggi berpikir akan sehat-sehat saja. Padahal CT value secara mentah belum tentu dapat menilai ringan-beratnya gejala atau tingkat kesembuhan seseorang dari COVID-19. Apa sih CT value?
Apa itu CT value dalam hasil tes PCR?
Cycle threshold value atau CT value adalah nilai yang muncul dalam pemeriksaan RT-PCR (reverse-transcriptase polymerase chain reaction) untuk membantu menentukan apakah seseorang positif atau tidak.
Pada tes RT-PCR untuk COVID-19 paling tidak ada dua parameter yang dilaporkan. Pertama, ada tidaknya materi genetik (gene) dari virus SARS-CoV-2 dalam sampel yang diperiksa. Saat ini, sudah ada empat gene yang dapat diperiksa yakni E gene, RdRP gene, N2 gene. Kedua, parameter penilaian diambil dari berapa nilai CT atau CT value masing-masing gene.
Selama proses RT-PCR, materi genetik virus yang diambil dari sampel swab itu diperkuat dan dibuat banyak salinan atau diamplifikasi. Amplifikasi ini terjadi melalui serangkaian siklus, yakni satu virus disalin menjadi dua, dua menjadi empat, dan seterusnya hingga jumlah gene virus yang ditarget bisa terdeteksi oleh alat RT-PCR.
CT value mengacu pada berapa kali siklus penyalinan gene virus dilakukan sampai dapat dideteksi oleh alat PCR. Jika jumlah siklus tinggi berarti virus yang terdeteksi berjumlah sedikit karena perlu disalin berkali-kali sampai dia bisa terdeteksi. Jika jumlah siklus rendah berarti jumlah virus banyak karena tidak perlu banyak disalin sudah bisa terdeteksi.
Jadi semakin tinggi CT value yang tertulis dalam lembar hasil tes RT-PCR Anda, berarti viral load atau jumlah virus dalam tubuh pasien tersebut semakin sedikit. Sebaliknya, jika CT value rendah berarti jumlah virusnya banyak.
Kenapa CT value diperlukan?
Banyak yang percaya bahwa CT value ini dapat menjadi prediksi yang cukup baik untuk menandakan kemampuan seseorang menularkan COVID-19. Kalau CT value rendah berarti jumlah virus banyak sehingga kemungkinan menularkan dianggap lebih tinggi.
Ada juga yang menggunakan CT value sebagai patokan diagnosis COVID-19 dengan mematok batasan CT value untuk dikatakan positif atau tidak. Namun batasan tersebut juga berbeda-beda, ada yang mematok 24, 35, bahkan 40. Misalnya maksimal CT value tertinggi 40, maka jika angkanya di atas 40 akan dinyatakan negatif karena jumlah virus dalam sampel tersebut terlalu sedikit. Namun, masih diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan berapa CT value yang paling representatif.
Selain itu ada juga yang menjadikan CT value sebagai prognosis bahwa jika CT value tinggi maka kemungkinan pasien tersebut tidak akan mengalami gejala berat.
Tapi CT-value tidak bisa dijadikan tolok ukur penilaian kondisi medis pasien COVID-19
Meski penting dari sisi penilaian di laboratorium, CT value adalah data mentah yang memerlukan evaluasi klinis lanjutan.
Sebab tinggi atau rendahnya CT value pada pemeriksaan RT-PCR COVID-19 bisa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti di bawah ini.
- Waktu pengambilan sampel memengaruhi akurasi pemeriksaan. Jika tidak ada gejala, baiknya sampel swab diambil 4-5 hari setelah terpapar atau kontak terhadap orang dengan COVID-19. Pengambilan sampel terlalu cepat atau terlalu lambat sangat dapa memengaruhi jumlah virus dalam tubuh.
- Semakin dalam melakukan swab untuk mengambil sampel, maka ada kemungkinan viral load dalam sampel lebih banyak, jadi CT value akan rendah. Proses swab yang baik dan benar dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan akurat.
- Proses penyimpanan sampel dan pengerjaan juga memengaruhi perbedaan angka. Jika sampel disimpan dengan cara yang salah, gene virus akan rusak dan tidak terbaca oleh mesin PCR.
- Beda alat yang digunakan dan beda gene yang diperiksa dapat menghasilkan CT value yang berbeda-beda.
Dari alasan di atas, baiknya tetap diskusi dengan dokter dalam menginterpretasikan hasil PCR. Satu hasil CT value belum tentu bisa langsung dibandingkan dengan hasil CT value lainnya.
Jadi tingkat keparahan gejala pasien tidak bergantung pada CT value karena diperlukan penilaian klinis dari dokter. Begitu juga mengenai penularan, tidak mutlak 100% bahwa CT value tinggi berarti tidak mudah menularkan ke orang lain.
CT value juga tidak digunakan dalam menentukan kesembuhan pasien COVID-19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 413 Tahun 2020 revisi kelima menetapkan kriteria pasien sembuh COVID-19 yakni setelah selesai menjalani masa isolasi dan tak ada lagi gejala tanpa harus melakukan tes swab PCR ulang.
Pasien COVID-19 tanpa gejala dinyatakan sembuh setelah 10 hari isolasi terhitung sejak hasil tes keluar. Sedangkan pasien COVID-19 gejala ringan dinyatakan sembuh setelah 10 hari isolasi ditambah minimal 3 hari setelah gejala benar-benar hilang.
Tes PCR ulang hanya dibutuhkan bagi pasien bergejala berat.