BabatPost.com – Petani tebu di Lamongan terus terpuruk. Sebab, pabrik gula membeli tebu petani di bawah harga minimal yang ditetapkan pemerintah. Sehingga luas tanam tebu mengalami penurunan signifikan.
‘’Karena terus merugi, petani semakin enggan tanam tebu. Sehingga luas tanam tebu di wilayah saya turun drastis, dari 500 Hektare berkurang 100 hektare lebih,’’ kata tokoh petani tebu asal Kecamatan Sambeng, Kacung Purwanto kemarin (23/5).
Dia mengungkapkan, menurunnya luas laha tebu tersebut disebabkan petani semakin enggan menanam tebu akibat harga gula cenderung terus turun hingga hanya Rp 10.000 per kg. ‘’Harga tersebut jauh di bawah harga minimal yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar Rp 12.500 per kg,’’ ujarnya.
Padahal, lanjut dia, biaya perawatan tebu sangat mahal. Antara lain, harga pupuk sangat mahal dan sulit didapat. Kemudian upah tenaga kerja juga terus naik, serta hama tikus semakin meluas sehingga hasil panen tidak bisa maksimal. ‘’Petani banyak yang sewa lahan. Dengan banyaknya kendala tersebut membuat kesulitan melanjutkan tanam,’’ tukasnya.
Pernyataan bertolak belakang diungkapkan Kasi Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Lamongan, Suryo Putro. Menurut dia, memasuki musim panen saat ini, petani tebu Lamongan cukup diuntungkan karena harga jualnya tinggi. ‘’Harga tebu rendemen terendah 7 persen dibeli Rp 65 ribu per kuintal,’’ ujarnya.
Karena pabrik mulai giling per 20 Mei lalu, ujar dia, sehingga harga cenderung tinggi. Dia berharap harga terus stabil sampai akhir giling agar luas tanam tebu tahun depan bertambah. ‘’Kadang harga bisa berubah menyesuaikan rendemen, sementara petani pasti mempertimbangkan keuntungan,’’ katanya.
Menurut dia, harga tebu bisa turun drastis apabila kualitasnya buruk. Tahun lalu, harga tebu rendemen 7 persen dibeli Rp 60 ribu perkuintal. Karena banyak hama, sehingga harga dari awal giling sudah rendah. Sebaliknya, karena kualitas tebu tahun ini cukup baik, maka harga beli yang ditetapkan pabrik juga tinggi. ‘’Selain itu, jumlah petani tebu di Lamongan juga berkurang meski tidak signifikan,’’ tukasnya.
Suryo mengakui, tahun ini ada penurunan luas tanam meski tidak signifikan. Dipekirakan berkurang 2 Persen, karena data baru panen. Sehingga data globalnya belum keluar. Setelah semua panen, akan dikalkulasikan luas lahan yang berkurang. ‘’Untuk luas tanam biasanya 3 ribu hektare, sekarang masih belum laporan,’’ tukasnya.
Jangan Lewatkan berita lainnya hanya di Babatpost.com dengan cara Follow BabatPost di Google News
sumber : radarbojonegoro.jawapos.com