Babatpost.com – Majalah Forbes majalah bisnis dunia ini merilis sebuah data tentang kekayaan yang dimiliki orang – orang di Indonesia. Bahkan menurut Forbes kekayaan orang Indonesia ini memiliki US$100 sebagian karena pengampunan Pajak dan Kenaikan Nilai Saham.
Kakak-beradik R. Budi dan Michael Hartono, dengan kekayaan US$32,3 miliar (sekitar Rp440 triliun) berada di nomor satu untuk kesembilan kalinya, sementara di nomor dua, dengan jarak kekayaan yang cukup jauh, adalah taipan kelapa sawit, Eka Tjipta Widjaja, dengan US$9,1 miliar atau sekitar Rp123 triliun.
Kakak-beradik Hartono yang mewarisi Djarum beberapa dekade lalu kini mendiversifikasi bisnisnya dan membeli saham BCA pada krisis keuangan Asia pada 1997-1998.
Tahun ini, mereka meningkatkan kepemilikan sahamnya di bank tersebut menjadi 55% dari sebelumnya 47%.
Asal Singapura, mereka juga memiliki perusahaan perangkat pembuat video games
Hampir semua dalam daftar 10 orang terkaya Indonesia mengalami peningkatan harta sedikitnya 10% lantaran peningkatan nilai saham dan kenaikan nilai saham Indonesia naik sekitar 17% dalam waktu yang sama.
Dan untuk pertama kalinya, total harta dari lima puluh orang terkaya Indonesia melewati US$100 miliar, yaitu US$126 miliar, naik dari US$99 miliar tahun lalu.
Forbes mencatat bahwa salah satu penyebab kenaikan harta ini adalah aplikasi tax amnesty atau pengampunan pajak, aset mereka yang diumumkan yang memungkinkan orang-orang kaya itu selama ini tidak diketahui dan membayar penalti ringan.
Menurut Forbes, inilah yang membuat Presiden Komisaris Grup Mayora, Jogi Hendra Atmadja, melompat 25 peringkat ke nomor 10, dengan harta US$2,7 miliar atau Rp36,5 triliun, dari sebelumnya US$850 juta.
“Posisi Indonesia, kalau dilihat dari harta lima puluh orang terkayanya, meningkat di kalangan komunitas bisnis dunia,” kata Justin Doebele, Chief Editorial Advisor untuk Forbes Indonesia.
Forbes juga mencatat 2 pendatang baru dalam daftar lima puluh orang terkaya Indonesia, yang pertama adalah Arini Subianto di nomor 37 dengan harta US$820 juta atau sekitar hampir Rp12 triliun, yang mewarisi harta almarhum ayahnya, Benny Subianto.
Arini kini menjabat Presiden Direktur Persada Capital Investama dan mengawasi investasi mereka di produk-produk pemrosesan kayu dan kelapa sawit, serta pemrosesan karet dan batubara.
Sementara Hartono Kweefanus muncul di nomor empat puluh enam dengan harta US$540 juta (sekitar Rp7,3 triliun) dari kepemilikan di biskuit Monde Nissin yang pasarnya merambah Asia.
Kesenjangan ekonomi
Pada Februari 2017 kemudian, lembaga Oxfam dan forum LSM internasional untuk pengembangan Indonesia INFID merilis laporan yang menyatakan bahwa harta milik empat orang terkaya di Indonesia sama dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin, dan ini mengacu ke Data Kekayaan Global (Global Wealth Databook).
Menurut mereka dalam pemaparannya di Jakarta, kemiskinan ekstrem di negara ini dientaskan oleh dana yang dihasilkan orang terkaya di Indonesia setiap tahunnya cukup untuk.
Laporan Oxfam dan INFID, berjudul “Menuju Indonesia yang lebih setara”, menggunakan koefisien Gini (Gini Ratio) sebagai salah satu indikator yang menggambarkan taraf ketimpangan di Indonesia. Koefisien Gini diukur berdasarkan konsumsi keluarga akan barang, jasa, dan non-jasa.
Semakin besar koefisien Gini, maka semakin tidak sempit kesenjangan antara si tidak miskin dan si tidak kaya.
Sebab tersebut, pemerintah Indonesia didesak mengurangi ketimpangan ekonomi di Indonesia, yang menempati ranking enam dalam daftar negara dengan ketimpangan pengiriman kekayaan terburuk di dunia.
Sementara pada Senin (04/12) lalu, Bank Dunia juga mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terus berlanjut dia Asia kurang efektif dalam menangani kemiskinan dalam 1 dasawarsa terakhir.
Laporan yang bertajuk Riding the Wave: An East Asian Miracle for the 21st Century tersebut menyatakan bahwa ketimpangan ekonomi naik di Asia, terutama didorong oleh kesenjangan kaya-miskin di Indonesia dan Cina.