BABAT POST – Kota Palangka Raya santer diberitakan menjadi salah satu kandidat terkuat lokasi calon ibu kota baru. Tapi, apakah Palangka Raya benar-benar layak untuk menanggung beban menjadi pusat pemerintahan, sekaligus benteng keamanan Presiden sebagai simbol negara?
Akademisi sekaligus Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya, Ibnu Elmi A.S Pelu, mengatakan Kalimantan Tengah adalah provinsi yang memiliki luas 1,5 kali lebih besar dibanding pulau Jawa. Ini menjadi satu modal awal karena memiliki daya tampung yang cukup.
Hal tersebut membuat Kalimantan Tengah memiliki peluang untuk membangun kota baru yang berkelanjutan, dengan luasan kota yang jauh lebih besar dibanding Jakarta.
“Ini tentu akan dibahas secara luas bagaimana keamanan, keadministratifan Indonesia nanti. Misalkan daya jangkau serangan musuh, kan cukup jauh. Kalteng saja luasnya sudah 1,5 kali luas pulau Jawa. Bagaimana kalau dikali 5 provinsi lainnya lagi? Sehingga zona ini zona aman secara wilayah,” kata Ibnu, saat ditemui detikcom di kantornya, Palangka Raya, Kamis (13/7/2017).
Selain itu, wilayah Palangka Raya juga bebas dari daerah rawan gempa bumi, termasuk banjir. Jumlah sungai yang banyak dan wilayah hutan yang cukup luas membuat Palangka Raya aman dari ancaman tersebut.
“Ini juga akan bisa memberikan kenyamanan, keamanan dan sustainable sehingga enggak perlu berpikir alternatif selama ratusan tahun mendatang,” ucapnya.
Selain itu, jika ditinjau dari aspek sosial dan budaya, menurutnya Palangka Raya menjadi wilayah yang paling cocok karena faktor keberagaman yang ada di wilayah ini. Kota Palangka Raya terkenal dengan tingkat toleransinya yang tinggi, sehingga jika ada urbanisasi besar-besaran yang terjadi diperkirakan tak bakal menjadi suatu ancaman bagi warga lokal. Tetapi juga dengan penyesuaian terhadap kearifan dan pemberdayaan masyarakat lokal.
“Dari dulu masyarakat Kalteng itu masyarakat yang plural, dan bersifat open. Dia bukan bersifat tertutup dan menolak. Nah kenapa selama ini tumbuh keberagaman di Kalteng, karena dia memiliki dasar konsep keberagaman itu sendiri dari sisi suku, agama, bahasa, sampai juga termasuk pola tata kehidupan,” jelas Ibnu.
“Jadi saya pikir Kalteng punya alasan historis yang kuat, kalau menuju kepada terciptanya manajemen Ke-Indonesia-an itu, yang secara posisi geografis ini juga berada pada posisi tengah, dan juga masyarakat krusial di Kalteng juga tidak menolak untuk menjadi sebuah ibu kota negara,” tukasnya.