Babatpost.com – Pernyataan Habib Rizieq Pentolan dari FPI yang mengatakan kepada pemerintah agar memilih rekonsiliasi atai revolusi, menurut pengamat politik Arbi Sanit merupakan sifat yang terpojok.
“Itu memang sikap yang selalu diambil oleh orang yang terpojok. Dia kan sekarang nggak ada cara yang lain. Tidak ada pilihan lain, sebab dia kini berada dalam posisi yang lemah secara hukum, sosial, dan politik,” kata Arbi.
“Posisinya yang awalnya bebas berpolitik di Indonesia, itu nggak ada lagi kan. Dalam kondisi tanpa pilihan itu, dia menyuruh pemerintah memilih juga,” sambungnya.
Alasan Arbi menyebut Habib Rizieq terpojok, lantaran berbagai kasus hukum yang menjeratnya, apalagi kini dia telah menjadi tersangka dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dalam kasus chat WhatsApp berkonten pornografi.
“Karena apapun alasannya pemerintah akan menangkap dia dan mengadilinya. Karena itu dia putus asa dalam mencari jalan damai. Bagi dia nggak ada jalan kompromi lagi,” ungkapnya.
“Keinginan dia itu bertolak belakang dengan keingin pemerintah. Karena itu dia membuat ancaman berupa pilihan yang sulit buat pemerintah,” tambah Arbi.
Baca juga : Penampakan Habib Rizieq Ketika Pelarian Ke Arab Saudi
Sebelumnya Habib Rizieq lewat sambungan telepon dari Arab Saudi dalam sebuah acara diskusi menginginkan, agar beberapa tokoh yang berada di pihak dia, mengatur format yang tepat untuk diadakannya rekonsiliasi dengan pemerintah.
Namun demikian ditegaskan Habib Rizieq, jika tawaran rekonsiliasi ditolak pemerintah dan masih ada ulama yang dikriminalisasi, kebebasan Hak Asasi Manusia para aktivis diberhangus, rakyat jelata terus menerus dipersulit dan Islam di marginalkan, maka dia bertekad melakukan revolusi.
“Akan tetapi jika rekonsiliasi itu gagal, kalau rekonsiliasi itu tetap ditolak oleh pihak seberang sana, maka tidak ada kata lain yang harus kita lakukan kecuali lawan. Jadi sekarang pilihannya ada di hadapan pemerintah, terserah pemerintah, mau rekonsiliasi atau revolusi…?!,” tegas Habib Rizieq.