BABAT POST – GKR Hayu yang terlihat cantik, angun dan menawan nampaknya memiliki sebuah rahasia yang tak diketahui oleh banyak orang.
Keberagaman budaya membuat Indonesia juga memiliki berbagai macam tradisi, termasuk tradisi dalam perawatan kecantikan. Salah satunya yang ingin diketahui banyak orang adalah tradisi perawatan kecantikan di zaman kerajaan, yakni perawatan kecantikan untuk putri keraton.
Masyarakat mengetahui seorang putri keraton biasanya mendapatkan perawatan kecantikan khusus dengan bahan-bahan alami maupun ramuan tradisional. Benarkah demikian? Ini pengakuan langsung dari putri keraton yang berbincang secara eksklusif dengan Wolipop, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu.
GKR Hayu mengatakan ketika ia remaja kerap diminta untuk rajin minum jamu yang diracik khusus oleh pelayan-pelayan di keraton. Ramuan jamu ini telah diwariskan secara turun temurun untuk menjaga kecantikan dan kesehatan wanita dari luar dan dalam.
“Iya ada (jamu). Biasanya untuk membersihkan badan biar nggak bau keringat. Paling tidak enak kan kalau kita punya bau badan,” ujar GKR Hayu saat berkunjung ke kantor detikcom di Jalan Kapten P. Tendean, Jakarta Selatan, Rabu (14/6/2017).
Putri keempat dari Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas ini juga minum jamu bersih darah agar sehat dan keringat tidak berbau ketika menstruasi. Namun GKR Hayu mengaku kini tidak terlalu sering minum jamu karena memang tidak terlalu suka rasanya.
“Sudah lama banget nggak minum jamu. Terakhir waktu menikah. Jamunya ada macam-macam. Yang pahit ya brotowali. Tidak ada jamu khusus keraton. Saya minum jamu yang sering beredar saja. Tapi karena yang masak adalah abdi dalam, jadi touch-nya beda (dengan jamu kebanyakan),” kata wanita yang sejak SMP bersekolah di luar negeri ini.
GKR Hayu pun mengaku tidak mempunyai ritual kecantikan yang khusus setiap harinya sebagai putri keraton. Perawatan kecantikan spesial yang dijalaninya mungkin bisa dihitung dengan jari.
Wanita 33 tahun ini mengatakan kalau perawatan kecantikan khusus baru ia lakukan hanya pada saat upacara di keraton. Seperti upacara Tetesan yang dilakukan sebelum anak perempuan menstruasi, tradisi upacara Tarapan saat menstruasi pertama dan terakhir upacara sebelum pernikahan.
“Perawatannya ada lulur, pijat, masker, semuanya bahan-bahan alami yang dibuat di dapur keraton dan langsung digunakan ke tubuh,” tutur GKR Hayu.
Wanita yang pernah berkuliah di jurusan Computer Science di Steven Institute of Technology, Amerika Serikat ini mengaku tidak terlalu mengenal bahan-bahan yang digunakan keraton untuk merawat kecantikan kulitnya. Tapi ia bisa memastikan bahwa semua bahannya alami, buatan rumah dan freshly made. Artinya,langsung dipakai setelah dibuat.