Baca yuk, Kisah Warga Tersapu Banjir Bandang Ciwidey

babatpost.com – Bencana banjir kembali menyerang Indonesia kali ini terjadi di kawasan Jawa Barat tepatnya di Ciwidey dan juga Pasirjambu, tak kurang dari 27 rumah warga rusak arah karena banjir tersebut. Bahkan empat rumah dinyatakan hilang karena terbawa terjangan banjir.

“Kejadiannya jam tiga sore kemarin,” kata Supriatna (45) membuka perbincangan dengan detikcom di Kampung Kaum Kidul Barat, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jabar, Kamis (4/5/2017).

Read More

Rumah Supriatna porak-poranda lalu terseret derasnya arus air. Pria berprofesi petugas Organda di Terminal Ciwidey itu mengungkapkan, beberapa jam sebelum banjir bandang, ia pulang lebih cepat.

“Biasanya saya pulang jam dua siang, kemarin jam sebelas sudah ada di rumah, karena khawatir sama anak-anak,” tuturnya.

Yana bersama istri, Yanti (36), dan empat anaknya menyaksikan detik-detik banjir bandang yang menerjang rumahnya. Jarum jam menunjukkan pukul 14.30 WIB, dia santai sambil menonton acara televisi di ruang tamu dan anak-anaknya tidur.

Hujan mengguyur. Yana melangkahkan kakinya keluar rumah. Ia kaget melihat air sungai yang tadinya bersih berubah warna menjadi keruh. Yana mendengar jelas suara air bergemuruh.

Dia mengingatkan istrinya dan membangunkan anak agar segera menyelamatkan diri. “Saya keluar bersama istri. Saya gendong anak yang kecil. Kami lari ke rumah Pak RW. Setelah mengungsi, saya balik lagi melihat kondisi rumah, lalu lima menit kemudian rumahnya hanyut,” tutur Yana.

Ia pasrah karena kejadian tersebut musibah yang tak diperkirakan. Meski harta bendanya hanyut dan menyisakan pakaian seadanya, Yana dan keluarganya tampak tegar. Yana menegaskan tidak bakal membangun rumah kembali di lahan yang sama.

“Alhamdullilah masih sempat mengungsi. Saya masih trauma, takut kejadian ini terulang apalagi sampai memakan korban jiwa,” kata Yana.

Setelah rumah milik Yana hanyut, rumah milik tetangganya, Ruskawan, ikut tersapu banjir bandang. Kedua rumah mereka memang menempel di bantaran sungai.

Ruskawan menjelaskan, banjir bandang di aliran Sungai Ciwidey sudah terjadi sejak 2014 lalu. Dia ingat, kejadian serupa pernah berlangsung sebanyak lima kali.

“Waktu itu (2014), pabrik tahu milik saya hanyut. Sekarang rumah yang ditempati bersama istri, tiga anak dan dua menantu ikut hanyut,” ujar Ruskawan.

Ruskawan dan keluarganya nyaris terjebak di dalam rumah saat luapan air merendam perkampungan. Mereka berjuang meloloskan diri.

“Dari rumah, saya dan suami merayap dengan berpegangan ke pagar rumah tetangga,” kata Yani (43), istri Ruskawan.

Serupa dengan Yana, keluarga tersebut tidak ingin membangun rumah di bantaran sungai. “Takut dan trauma,” ucap Yani.

Related posts