BABAT POST – Penyebaran konten negatif seperti pornografi, kekerasan, serta hoax, makin deras mengalir lewat layanan internet semacam Facebook, Twitter, dan Google. Pemerintah merasa perlu berdiskusi dengan para layanan internet tersebut agar bisa bersama-sama memberantas konten negatif di internet.
Media sosial sering dijadikan alat penyebaran informasi palsu dan hoax di dunia maya. Padahal, informasi hoax bisa memicu keresahan masyarakat hingga mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia.
Sejumlah media sosial yang beroperasi di Indonesia pun berupaya untuk memberantas penyebaran hoax melalui berbagai cara.
Public Policy Head Twitter Indonesia Agung Yudha mengungkapkan, meski sudah ada penegakan hukum dan penapisan yang dilakukan Kemkominfo untuk memobilisasi hoax, Twitter masih tetap menggunakan cara mereka untuk mengatasinya.
“Kami membombardir media sosial dengan konten positif, karena itu bisa memberantas hoax,” kata Agung Yudha saat menjadi pembicara di acara Deklarasi Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) yang digelar di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (18/4/2017).
Agung juga mengatakan kehadiran ASMI, media online yang tergabung di dalamnya diajak untuk menangkal peredaran hoax dengan menghadirkan konten-konten berita yang valid.
“Di sinilah peran teman-teman media meramaikan media sosial dengan berita valid yang dipublikasikan. Hal ini perlu dilakukan karena media sosial menjadi tempat bagi anak muda dalam mencari informasi. Itu posisi kita,” kata Agung.
Ia menyebutkan baik Twitter Indonesia maupun media online yang terverifikasi sama-sama mendukung gerakan mengurangi berita yang tak benar. Sebab menurutnya Twitter merupakan sebuah platform yang seharusnya dipakai untuk mengekspresikan diri dan dipakai untuk mengisi hari dengan senang hati.
“Kita jelas melarang peredaran konten hoax,” ujar Agung.
Agung juga berpesan agar para jurnalis maupun masyarakat tak segan-segan melaporkan konten negatif atau hoax jika memang konten tersebut beredar melalui Twitter.
Setelah Facebook, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, bakal bertemu dengan Twitter untuk membahas penyebaran berita palsu alias hoax di platform digital. Pertemuan itu dijadwalkan pada 20 Februari mendatang.
Hal ini disampaikan Dirjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Samuel Pangerapan, Selasa (14/2/2017), usai pertemuan tertutup Menkominfo dengan perwakilan Facebook di ruang tamu menteri, Gedung Kominfo lantai 7, Jakarta.
“Semua platform digital kami ajak bicara. Kami sudah atur pertemuan dengan Twitter tanggal 20 (Februari) nanti,” kata Samuel.