Bagaimanakah Raja Salman Di Mata Muslim Yang Ada Di Indonesia

Babatpost.com – Raja Saudi Arabia, Raja Salman segera mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat ini. Beberapa pihak mempertanyakan maksud dari kedatangan Raja tersebut ke Indonesia sedangkan Pihak lain mendukung kedatangan Raja tersebut.

Siapakah sebenarnya Raja Salman, seperti apa posisinya di Arab Saudi dan dunia Islam, serta apa alasan munculnya berbagai reaksi di Indonesia?
Raja Salman, jika dibandingkan dengan raja-raja Saudi sebelumnya dipandang lebih dekat dengan tradisi Arab, kata Prof Dr Yunahar Ilyas, ketua pimpinan pusat Muhamadiyah.

Read More

“Beliau pribadi yang berbeda dengan raja Fahd. Yang agak tradisional. Lebih Arablah cara berpikirnya. Jadi tipe Raja Khalid, Raja Salman itu hampir samalah. Lebih tradisional. Lebih dekat dengan tradisi-tradisi Arab. Dan tidak terlalu Amerika dalam cara berpikirnya. Beda dengan Raja Fahd, ” kata Yunahar.

Sebelum menjadi putra mahkota kedua, Salman cukup lama menjadi gubernur ibu kota Saudi, Riyadh, selama 48 tahun. Dia menjadi raja pada tanggal 23 Januari 2015 setelah kematian saudara tirinya, Raja Abdullah.


Arab Saudi dipandang sebagai negara yang sangat penting di kalangan Muslim dunia, termasuk Indonesia karena di situlah terdapat dua tempat suci Islam, seperti dikatakan Yahya Cholil Staquf, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
“Orang Indonesia itu jelas melihat Saudi sebagai suatu negara yang penting, dalam pikiran mereka sebagai Muslim. Sebagian mayoritas warga Indonesia sebagai Muslim. Karena disitu ada Mekah Madinah, dua tempat suci, Dan raja Saudi adalah pengelola dua tempat suci itu. Jadi tentu orang Islam, khususnya Muslim di Indonesia melihat Raja Salman sebagai raja yang menguasai dua tempat suci ini.”
Berbeda dengan Yunahar, Yahya memandang Salman justru tidak sekonservatif raja-raja Saudi sebelumnya.
“Pernyataan-pernyataan dari pihak penguasa Saudi, keluarga raja, menunjukkan bahwa mereka telah berubah. Mereka tidak lagi konservatif seperti dulu. Dan itu ditampilkan dalam sejumlah program atau kegiatan yang disponsori oleh pemerintah Saudi, yang menunjukkan gesture perubahan itu. Misalnya baru-baru ini mereka mengadakan festival budaya dan heritage di Riyadh,” kata Yahya, sekretaris jenderal Dewan Syuro NU.
Pada kunjungan dengan 1.500 delegasi termasuk sejumlah menteri dan pangeran ini, Raja Salman dijadwalkan akan berlibur di Bali dari tanggal 4-9 Maret, setelah kunjungan kenegaraan selama tiga hari sebelumnya.
“Orang Indonesia akan melihat itu, akan cenderung negatif. Apalagi di Indonesia ini secara ekonomi mayoritas Muslim di Indonesia ini masih belum menikmati taraf ekonomi yang tinggi, sehingga mereka melihat ini raja yang kaya raya dan bermewah-mewah sementara di berbagai belahan dunia masih banyak orang-orang yang menderita,” kata Yahya Cholil Staquf.

Prof Dr Yunahar Ilyas dari Muhamdiyah memandang sebenarnya masyarakat Islam tidak begitu mengenal Raja Salman.

“Masyarakat Indonesia, umat Islam umumnya kan tidak begitu paham yah. Pokoknya siapa saja raja Arab mereka sukai. Mereka tidak bisa membedakan raja Arab yang satu dengan yang lain. Pokoknya asal raja Arab pasti disukai. Karena memang Saudi Arabia, disitu ada Mekah Madinah. Dan selama ini memang Saudi Arabia suatu negara yang cukup pemurah memberikan bantuan untuk umat Islam.”

Related posts