BABAT POST – Teknologi semakin berkembang pesat dari hari ke hari. Tidak luput dari sebuah teknologi untuk mendeteksi penyakit anak, salah satunya yakni Autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku.
Penyebab pasti dari autisme sampai saat ini masih belum diketahui. Tanda atau gejala awal autisme pada bayi lebih sering diabaikan tanpa disadari oleh orangtua.Tanda dan gejala awal ini biasanya muncul pada tiga tahun pertama usia anak.
Deteksi dini tanda dan gejala autisme berguna sebagai langkah positif pertama untuk menemukan solusi tepat bagi anak. Tanda-tanda autisme biasanya muncul pada fase usia dini. Untuk bisa mengetahuinya di fase lebih muda cukup sulit. Karenanya, ilmuwan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) untuk mendeteksi autisme pada bayi.
Sekelompok ilmuwan di University of North Carolina telah mengembangkan algoritma deep learning yang dapat memprediksi tanda-tanda autisme pada bayi, dengan tingkat akurasi 88 persen dan sensitivitas 88 persen.
Tim ilmuwan juga telah melatih sistem algoritma ini untuk mengenali tanda autisme dengan melakukan metode pemindaian otak, serta melihat tiga faktor: permukaan otak, volume otak, dan jenis kelamin bayi.
Mereka telah melakukan uji coba dan hasilnya kecerdasan buatan dapat memprediksi peningkatan tanda autisme pada bayi usia 6 hingga 12 bulan. Teknologi ini diharapkan dapat membantu orang tua untuk lebih awal mendiagnosis autisme anaknya di usia menjelang satu tahun.
Pun demikian, implementasi teknologi kecerdasan buatan untuk mendeteksi tanda-tanda autisme masih dinilai belum optimal. Heather Hazlett, psikologi dan ilmuwan Brain Development dari University of North Carolina mengatakan, pengembangan kecerdasan buatan masih butuh waktu agar nantinya dapat menguji metode manual yang biasa digunakan untuk mendeteksi autisme.
“Uji diagnostik dengan teknologi mutakhir seperti ini memakan biaya besar. Kami pikir untuk sekarang belum layak digunakan, apalagi untuk bayi. Meski begitu kami juga mencari cara untuk berinovasi bagaimana pada akhirnya kecerdasan buatan bisa digunakan secara klinis dengan baik dan teratur,” tandas Heather.