BABAT POST – Menjaga Keamanan tak hanya dalam duni nyata saja tetapi juga perlu dilakukan untuk di dunia maya. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) hendak merekrut 10 ribu tentara siber yang akan menjaga keamanan teknologi informasi di Indonesia. Beberapa media sudah memuat kabar tersebut.
Lantas, benarkah perekrutan mencapai jumlah puluhan ribu? Bila merujuk keterangan dari Kominfo, kata-kata “merekrut 10 ribu tentara siber” tidak sepenuhnya tepat.
Kominfo memang akan melakukan penjaringan bakat di bawah program BORN to Ctrl (baca: Born to Control). Fungsinya guna menjaring kandidat “gladiator-gladiator muda” di bidang keamanan siber.
Nah, proses penjaringan itulah yang ditargetkan akan melibatkan 10 ribu kandidat. Para kandidat akan melewati tahap seleksi (roadshow, April-Mei 2017) di sepuluh kota: Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Bali, Samarinda, Makassar dan Manado.
“Roadshow bertujuan mengajak masyarakat luas, khususnya para generasi muda, berumur 17 tahun ke atas yang berpendidikan menengah atas hingga perguruan tinggi untuk mengikuti ajang ini,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Biro Humas Kominfo, Noor Iza, dikutip detikcom.
Tahapan seleksi akan memilih 80 gladiator siber. Merekalah yang akan direkrut menjadi “jagoan keamanan teknologi dan informasi”, selanjutnya mendapat pelatihan selama dua pekan lewat “kamp digital”.
Para gladiator siber terpilih berhak atas hadiah dan fasilitas, seperti uang tunai, kesempatan magang, kesempatan kerja, serta bertemu dengan pimpinan perusahaan-perusahaan ternama.
Meski begitu, tiap peserta (kandidat, bukan pemenang) juga mendapat sejumlah keuntungan dengan mengikuti acara ini. Setidaknya, mereka bisa mengasah kemampuan dalam bidang keamanan siber dan pelatihan daring gratis.
Kerja sama Xynexis International
Adapun program BORN to Ctrl merupakan kerja sama antara Direktorat Keamanan Informasi Ditjen Aplikasi dan Informatika dengan Xynexis International, perusahaan konsultan keamanan siber.
Pada Desember 2016, Direktur Eksekutif Xynexis International, Eva Noor, sudah melempar pernyataan soal program ini.
Menurut Eva, Indonesia membutuhkan sekitar 1000 tenaga ahli keamanan siber untuk kebutuhan instansi pemerintah, dunia industri, perbankan, dan lain-lain. Namun kebutuhan itu belum dibarengi dengan kemampuan sumber daya manusia yang memadai.
Alhasil, celah itu memberi kesempatan bagi tenaga keamanan siber dari luar negeri untuk bekerja di tanah air. Hal inilah yang meninggalkan sejumlah masalah, misalnya perkara kerahasiaan data.
Kominfo pun menyadari celah tersebut, dan merasa perlu mengadakan pencarian bakat melalui BORN to Ctrl. “Hal ini juga dirasakan penting agar pemerintah seyogjanya tidak lagi mengimpor atau mendatangkan tenaga ahli luar dalam penanganan masalah cyber security di negeri ini,” kata Noor Iza, Plt. Biro Humas Kominfo.
Ihwal itu, Eva juga mengutarakan hal senada. “Kita berbicara, bagaimana menjaga kedaulatan bangsa dari peran cyber security dalam menangkal kemungkinan cyber war yang bisa saja terjadi. Kelak ke depan sudah tepat kiranya kita punya generasi yang memiliki mindset bela dirimu dan bela bangsamu,” kata dia.
Saat ini, Xynexis International baru bekerja sama dengan Kominfo lewat BORN to Ctrl. Namun, tidak menutup kemungkinan kerja-kerja serupa dilakukan dengan instansi pemerintah lainnya, atau lembaga swasta di sektor otomotif, telekomunikasi, perbankan, dan asuransi.
Informasi perihal BORN to Ctrl bisa dilihat lewat situs resminya. Di sana, Anda akan bertemu dengan logo program yang meminjam topeng Guy Fawkes–ikon bagi para hacktivist, terutama Anonymous.
Pun bila memenuhi syarat, Anda bisa mendaftar sebagai peserta. Hingga Minggu siang (29/1), tercatat lebih dari 1.600 kandidat gladiator keamanan siber yang mendaftar.