BABAT POST – Kebijakan yang dilakukan oleh Smartfren untuk mematikan CDMA nampaknya masih menemui beberapa kendala. Smartfren Telecom terus berupaya memigrasikan pelanggannya yang masih bertahan dengan jaringan CDMA ke jaringan 4G LTE yang baru.
Pada Desember 2016 kemarin saja, menurut VP Brand and Communication Smartfren, Derrick Surya, Smartfren berhasil memindahkan 1 juta pelanggan CDMA ke jaringan 4G LTE.
Di luar Jawa, Derrick mengklaim pelanggan Smartfren sepenuhnya sudah beralih menggunakan layanan 4G LTE. Namun tidak demikian halnya dengan pulau Jawa, di mana masih terdapat sebagian pelanggan yang belum bisa “move on” dari CDMA.
“Inginnya sih semua, 100 persen sudah 4G, tidak ada lagi yang 3G (CDMA). Namun kenyataannya masih banyak pelanggan yang bertahan dengan CDMA,” katanya saat djumpai usai acara peluncuran ponsel Andromax B dan Andromax L di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Walhasil, lanjut Derrick, Smartfren pun mesti mempertahankan keberadaan jaringan 3G CDMA di Pulau Jawa. Dia tak merinci berapa persisnya jumlah pelanggan yang masih bertahan dengan CDMA, ataupun batas waktu bagi Smartfren untuk mempertahankan jaringan lama tersebut.
Dulu, semasa mengandalkan jaringan CDMA, Smartfren mengoperasikan jaringan seluler di pita frekuensi 1.900 MHz dan 850 MHz. Kini hanya band 850 MHz saja yang masih aktif karena frekuensi 1.900 MHz sudah dimatikan dan dikembalikan ke pemerintah, per Desember tahun lalu.
Tahun ini Smartfren kembali berupaya melancarkan upaya memigrasikan pelanggan ke 4G, antara lain melalui penawaran aneka perangkat 4G Andromax yang berharga terjangkau, juga kartu SIM perdana 4G LTE Smartfren yang bebas digunakan di handset manapun (open market).
“Dengan adanya penawaran-penawaran ini, semoga bisa men-trigger pelanggan CDMA untuk beralih ke 4G,” kata Derrick. “Jaringan CDMA sendiri akan tetap kami nyalakan sampai pelanggannya habis.”
Kejar open market handset
Menurut Derrick, pengguna layanan 4G LTE Smartfren menyumbang ARPU (Average Revenue per User) yang jauh lebih tinggi, mencapai kisaran Rp 100.000, dibandingkan pelanggan CDMA yang hanya berkisar di angka Rp 35.000 hingga Rp 40.000.
Smartfren kini memiliki 11,5 juta pelanggan. Dari jumlah tersebut, baru 4,5 juta yang menggunakan jaringan 4G LTE, berdasarkan data terakhir di kuartal-III 2016. Derrick memperkirakan jumlah pelanggan 4G LTE Smartfren kini sudah mencapai kisaran 6 juta.
“Dari 6 juta (perkiraan jumlah pelanggan 4G LTE sekarang) itu, sekitar 50 persennya menggunakan modem MiFi. Handset open market baru 20 persen” ujar Derrick, sambil menambahkan bahwa modem kemungkinan akan kembali menjadi perangkat yang paling banyak digunakan mengakses jaringan 4G LTE Smartfren tahun ini.
Smartfren kini tengah membidik pasaran handset open market agar tidak dibatasi oleh ponsel seri Andromax dan bisa beroperasi layaknya operator seluler lain yang kartu SIM-nya bebas dipakai di ponsel manapun. Upaya ini antara lain dilancarkan melalui bundling kartu SIM dengan produk smartphone bikinan vendor, seperti Samsung dan Lenovo.
Derrick mengungkapkan proyeksi lembaga riset GfK yang menyebutkan bahwa pada 2017 volume pasar smartphone 4G LTE di Indonesia mencapai 32 juta unit. Dari jumlah itu, volume smartphone 4G yang kompatibel dengan band 5 (850 MHz), band 40 (2.300 MHz), dan teknologi Voice-over-LTE (VoLTE) milik jaringan Smartfren mencapai 15 juta unit.
“Kami berharap bisa meraih sebagian saja dari pasar (15 juta smartphone 4G LTE) tersebut. Dapat 5 juta unit saja sudah bagus sekali,” tandasnya.