BABAT POST – Sosial media nampaknya sudah menjadi bagian penting bagi setiap orang. Beberapa waktu lalu, Twitter Indonesia memaparkan orang Indonesia paling banyak berkomunikasi di linimasa. Rupanya hal tersebut selaras dengan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengenai Ekosistem Device, Network & Apps di Indonesia.
Dalam survei yang digelar pada 20 Oktober-20 November 2016, ditemukan bahwa mayoritas orang Indonesia memasang (install) aplikasi media sosial (medsos) di ponsel mereka. Hasil survei tersebut mengungkapkan, 95,1 persen responden memasang aplikasi medsos; tiga aplikasi media sosial paling banyak terpasang adalah Instagram (82,6 persen), Facebook (66,5 persen), dan Path (49,6 persen).
Selanjutnya, aplikasi lain yang juga banyak dipasang pengguna ponsel pintar di Indonesia adalah aplikasi Maps atau peta dengan persentase 64,8 persen. Ada dua aplikasi peta favorit pengguna Indonesia, yakni Google Maps (91,6 persen) dan Waze (41,4 persen).
Seolah menjadi kebutuhan masa kini, aplikasi belanja online pun mendapatkan jumlah unduhan tinggi, yakni 61,10 persen. Dari data APJII, ada dua dari tiga aplikasi belanja online lokal yang paling banyak diunduh di Indonesia yakni Bukalapak dan Tokopedia, sedangkan satu aplikasi belanja online lainnya adalah Lazada Indonesia.
Makin praktis dan memudahkan, mungkin hal inilah yang mendasari orang Indonesia banyak mengunduh aplikasi pemesanan transportasi online. Aplikasi Uber mendominasi (50,7 persen) untuk pemesanan taksi online, diikuti oleh Grab (37,8 persen), dan Go-Jek (30,3 persen).
Sementara untuk memesan ojek online, pengguna lebih banyak memakai aplikasi Gojek (86,3 persen), diikuti dengan Grab (19,6 persen), dan Uber 11,6 persen.
Tak hanya pesan transportasi, pemesanan tiket dan kamar hotel pun banyak dilakukan melalui aplikasi Traveloka.
Lantas, bagaimana kecintaan masyarakat Indonesia terhadap aplikasi lokal? Rupanya, hasil survei juga mengungkapkan bahwa 63,5 persen responden bakal berpindah ke aplikasi lokal, jika ada yang bisa menggantikan fungsi aplikasi-aplikasi besutan luar negeri seperti di atas.
Sementara 35,2 persen responden mengaku bakal menggunakan aplikasi lokal, tetapi tetap mempertahankan aplikasi buatan luar negeri seperti Google dan kawan-kawan. Terakhir, 1,3 persen responden lebih percaya dengan aplikasi buatan luar negeri ketimbang memakai aplikasi lokal.