Aplikasi Yik Yak PHK 60 Persen Karyawan

BABAT POST – Jumat (9/12/2016), kabarnya aplikasi yang bermarkas di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) lantaran pertumbuhannya yang terus menurun.

Aplikasi yang memungkinkan pengguna mengunggah konten secara anonim atau tak menyebutkan identitas, Yik Yak, dikabarkan merumahkan 60 persen karyawannya.

Aplikasi yang berjalan kurang lebih tiga tahun ini sebelumnya meraih pendanaan sebesar US$ 73,5 juta (sekitar Rp 980 miliar) dari investor papan atas dan menjanjikan nantinya bakal jadi pesaing Facebook. Sayangnya, lantaran sifat aplikasi ini anonim membuatnya kesulitan.

Adapun karyawan mendapatkan informasi PHK pada Kamis pagi, 8 Desember waktu setempat. Yik Yak sendiri memiliki 50 karyawan. Akibat PHK ini, karyawan yang tersisa sebanyak 20 orang. Berdasarkan keterangan seorang sumber, mereka yang terdampak pemutusan kerja dari divisi komunitas, marketing, desain, dan produk.

Berita Terkait :  Cara Mudah Matikan Automatic Update di Windows yang Kerap Bikin Laptop Restart

“Baru-baru ini kami membuat strategi mengubah Yik Yak, sejalan dengan area yang menjadi fokus perusahaan. Sayangnya, kami mendapat kesulitan sehingga harus melakukan PHK,” tutur CEO Yik Yak Tyler Droll.

Droll juga menyebut, pihaknya memberi apresiasi atas kontribusi karyawannya yang membuat Yik Yak dapat diterima oleh pelajar dan mahasiswa di seluruh dunia.

Sekadar informasi, Yik Yak didirikan pada 2014 oleh mahasiswa Universitas Furman, Tyler Droll dan Brooks Buffington. Aplikasi ini memiliki konsep update layaknya majalah sekolah. Siapa pun bisa memberikan komentar tentang sekolah atau tentang apapun secara anonim.

Berita Terkait :  14 Juta Ponsel Android Terinfeksi Malware CopyCat

Sifat anonim aplikasi ini membuat Yik Yak jadi bertumbuh. Bahkan, setahun setelah peluncurannya, aplikasi ini masuk dalam daftar 10 aplikasi paling sering diunduh.

Setelah mendengar gaung mengenai Yik Yak, mahasiswa maupun pelajar di seluruh dunia mulai mengunduhnya. Kemudian, pada November 2014, investor menaksir nilai startup ini mencapai US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,3 triliun.

Sayangnya, sifat anonim itu juga yang membuat Yik Yak jadi tempat tumbuhnya kegiatan perundungan (bullying) secara online. Banyak pengguna mengeluhkan hal ini, bahkan tak sedikit sekolah yang melarang murid menggunakan aplikasi ini atau memblokirnya.

Berita Terkait :  Terobosan baru, bakal ada Samsung Pay bulan depan, seperti apa sih ?

Meksi Yik Yak telah membuat filter untuk menurunkan tingkat bullying, pertumbuhan aplikasi ini terus menurun. Kini, perusahaan berusaha memperbaiki masalah ini. Sayangnya jumlah unduhan tak sebanyak di awal kemunculannya.

Related posts