BABAT POST – Saat ini, mencari barang lewat browser gadget atau komputer, beragam nama situs web e-commerce pun muncul berderet dengan dagangan dari kelas receh sampai mewah.
Kedua ilustrasi bisa dibilang merupakan bukti bahwa teori internet of things (IoT) dan big data yang menyertainya sudah semakin mewujud nyata.
Sederhananya, IoT merupakan teori simulasi ketika aktivitas di Bumi semakin terkoneksi melalui jejaring internet.
Adapun big data, secara ringkas adalah penyebutan untuk kondisi ketika aneka rupa data muncul di internet dalam jumlah besar, dari banyak sumber, dan terus mendapatkan pembaruan. Topik, ukuran, dan waktu kemunculannya tak terbatas.
Gartner Inc, memperkirakan ada 6,4 miliar peranti terhubung ke internet pada 2016. Angka itu melonjak 30 persen dibandingkan 2015.
“Pada 2016, akan ada 5,5 juta peralatan baru yang saling terhubung setiap hari,” ungkap perusahaan itu dalam rilis pada 10 November 2015.
E-commerce dan situs web jualan online bisa disebut sebagai satu babak dari IoT. Pada babak ini, interaksi orang melalui internet sudah menjadi wadah bisnis dan solusi aktivitas keseharian.
Merujuk analisis Gartner, sebelum 2020 jumlah peranti yang saling terhubung lewat internet akan mencapai 20,8 miliar unit.
Nilai dari semua koneksi ini ditaksir mencapai 235 miliar dollar AS pada 2016, dengan bisnis telekomunikasi maupun jasa aplikasi online bakal tumbuh paling cepat.
“Dapur” IoT
Bagi kebanyakan orang awam pengguna jasa transportasi berbasis aplikasi online, yang dibutuhkan adalah punya aplikasi, gampang dipakai, dan layanan memuaskan.
Untuk situs web belanja online, pada umumnya orang-orang memperhitungkan kecepatan akses, kemudahan penggunaan, variasi barang yang ditawarkan, tawaran harga, serta jaminan terkait keamanan pembayaran dan pengantaran barang.
Di telinga orang awam, hal-hal tersebut terdengar sebagai “tuntutan” wajar pengguna. Namun, bagi para pemilik aplikasi, barisan kalimat itu akan menentukan masa depan layanan dan bahkan bisnisnya.
Investasi usaha mereka harus didukung oleh infrastruktur yang kokoh, terutama di sisi teknologi informasi sebagai penopang utamanya.
Untuk promosi, misalnya, program diskon atau bagi-bagi hadiah memang sudah jamak dilakukan para pemilik usaha berbasisonline ini.
Bayangkan, apa jadinya ketika program promosi sudah bergulir tetapi ternyata situs web-nya macet karena banyak orang mengakses bersamaan atau bahkan jadi down total.
Bila sampai terjadi begitu, berbagai komplain konsumen dipastikan akan mengalir deras ke situs web itu. Citra yang mereka bangun dengan susah payah bakal rusak. Bisa ditebak pula, pelanggan lari ke penyedia jasa serupa. “Bencana” pun di depan mata usaha ini.
Untuk mencegah “bencana”, penyedia layanan berbasis internet harus tepat memilih dan menjaga kinerja server. Peranti ini merupakan “jantung” dari seluruh proses bisnis usaha berbasis online dengan tuntutan kecepatan, kemudahan, dan kepastian akses.