BABAT POST – Data menjadi sesuatu yang penting di era digital saa ini. Transformasi digital sering dianggap sebagai langkah yang sulit untuk sebuah perusahaan.
Ketika mereka mulai bermigrasi ke layanan cloud atau menciptakan inovasi untuk memperluas bisnis mereka, divisi IT perusahaan biasanya sudah terlanjur menciptakan lebih dari satu platform, yang secara tidak langsung menambah jumlah pengeluaran.
Akibatnya, diperlukan waktu yang tidak sebentar ketika perusahaan mulai mengintegrasikan sistem mereka ke penyedia cloud, atau di sini sebagai pihak ketiga.
“Banyak orang beranggapan bahwa migrasi ke cloud adalah hal yang kompleks,”kata Vice President DCG Lenovo Asia Pacific, Sumir Bathia, dalam sesi wawancara khusus di Lenovo Enterprise Day 2016. “Hal ini terjadi karena mereka terlanjur membuat banyak platform.”
Sumir menambahkan, tingkat kompleksitas perusahaan ketika mulai mengadopsi cloud terlihat dari berapa banyak aplikasi yang mereka gunakan, baik itu untuk PC atau mobile. Selain itu, biasanya perusahaan mengadopsi lebih dari satu layanan cloud, tak lupa dengan penggunaan sistem keamanan yang bermacam-macam. Inilah yang menjadi alasan perusahaan menganggap pemanfaatan komputasi awan sebagai langkah yang kompleks.
Terlepas dari hal ini, Lenovo melihat pertumbuhan pengguna cloud dari perusahaan. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kesiapan perusahaan itu ketika sudah menyatakan komitmen untuk melakukan transformasi digital. Di sinilah tugas CIO (Chief Information Officer) perusahaan dalam membangun sebuah divisi IT yang efektif dan efisien.
“IT perusahaan harus meninggalkan sistem lama, dan mulai menerapkan gaya baru,” ujar Sumir. “Tugas CIO adalah menciptakan efisiensi, dan mereka biasanya mempunyai prioritas yang berbeda.” Ketika perusahaan mulai mengadopsi layanan awan, belum tentu divisi IT mendapatkan anggaran tambahan. “Anggaran belanja IT justru malah turun.”
Lenovo melihat fenomena ini sebagai peluang untuk menyediakan fasilitas untuk perusahaan yang baru melakukan transformasi digital. Menurut mereka, saat ini, lebih optimal menyediakan layanan yang dapat meningkatkan workload perusahaan ketimbang menyediakan produk konvensional.
Ketika mengadopsi cloud, muncul pertanyaan dari internal perusahaan mengenai seberapa besar biaya yang diperlukan. Sumir menjelaskan, tidak ada nilai yang pasti untuk hal tersebut, bisa lebih murah, bisa lebih mahal. Namun, mengadopsi cloud berarti mengurangi biaya TCO (Total Cost Ownership) yang selama ini sering dipakai untuk belanja infrastruktur.
Di sisi lain, dalam transformasi digital, bukan berarti perusahaan harus sepenuhnya menggunakan cloud publik. Metode hybrid cloud adalah salah satu jawaban yang tepat. “Ada beberapa data yang sebaiknya tersimpan di internal perusahaan.”