3 Isu Yang Gencar Bagi Perusahaan Teknologi Pasca Donald Trump Jadi Presiden

BABAT POST – Beberapa hari lalu Donal Trump resmi ditetapkan sebagai Presiden Amerika Serikat setelah mengalahkan Hallary Clinton. Namun beberapa masyarakat AS ada yang mendukung dan ada juga kontra dengan terpilihnya Trump sebagai persiden.

Donald Trump resmi terpilih sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) menggantikan Barack Obama setelah penghitungan suara Pemilu AS selesai dilakukan pada Rabu (9/11/2016) lalu.

Read More

Para pelaku industri teknologi di AS pun bereaksi atas kemenangan Trump, mengingat janji-janji yang dilontarkan Trump selama kampanye banyak yang memunculkan kontroversi dan perdebatan.

Berita Terkait :  Demi Alasan Medis, Warga Jerman Demo Minta Ganja Dilegalkan

Isu-isu apa yang bisa berimbas ke Silicon Valley, jantung perusahaan-perusahaan teknologi top dunia, setelah Trump terpilih sebagai Presiden? Berikut rangkuman yang dibuat KompasTekno, seperti dilansir dari Silicon Beat, Kamis (10/11/2016).

1. Perdagangan

Selama kampanye sebagai kandidat presiden AS, Trump pernah mengatakan akan menghentikan komitmen Trans-Pacific Partnership (TPP). Padahal, komitmen tersebut didukung oleh para pelaku industri teknologi di AS, seperti Google, Facebook, Yahoo, Amazon, Twitter, Uber, dan eBay.

TPP adalah perjanjian kerja sama multinasional yang bertujuan memperluas penerapan undang-undang hak kekayaan intelektual (IP) dan mengatur ulang hukum internasional dalam upaya penegakannya.

Trump juga menulis di situs resminya soal rencana perdagangan yang akan diterapkannya. Salah satunya berbunyi “menginstruksikan US Trade Representative (perwakilan perdagangan AS) mengangkat kasus-kasus yang menentang China”.

Berita Terkait :  Update, Korban kecelakaan Bastille Day menjadi 83 orang

Langkah itu disebut pelaku industri IT AS bisa merugikan perusahaan teknologi yang bisnis dan manufakturnya dilakukan di China, seperti Apple, Intel, HP, dan banyak lagi.

2. Repatriasi

Kebijakan pajak Trump masih dipertanyakan, terutama soal apakah kebijakan itu bisa menarik kembali investasi perusahaan-perusahaan teknologi yang selama ini diparkir di luar AS.

Trump juga berencana mengurangi pajak korporasi dari 35 persen menjadi 15 persen, ditambah potongan 10 persen yang berlaku sekali jika perusahaan itu mau membawa pulang profit yang ditumpuk di luar negeri kembali ke AS.

Berita Terkait :  Belanda Sudah Kini Jerman Legalkan Ganja

Jika perusahaan-perusahaan TI tersebut melakukan repatriasi, apa yang akan dilakukan dengan uangnya? Pilihannya antara lain untuk membayar utang, berinvestasi ke teknologi baru, atau mengakuisisi perusahaan lain.

3. Manufaktur

Trump dalam kampanyenya pernah mengatakan akan mengembalikan proses manufaktur ke AS. Secara spesifik, ia menyebut perusahaan teknologi Apple dalam kasus ini.

Trump secara gamblang meminta Apple untuk membuat komputer-komputernya (dan gadget lainnya) di dalam negeri. Seperti diketahui, walau sebagian produk Apple diproduksi di AS, ada juga sebagian yang diproduksi di luar negeri, seperti iPhone yang diproduksi China.

Situs resmi Trump tidak menjabarkan secara rinci, bagaimana caranya untuk membujuk perusahaan-perusahaan teknologi memproduksi produk-produknya di AS.

Related posts