BABAT POST – Pemiliha Gubernur dan wakil gubernur DKI sebentar lagi. Tentunya ada pesaingan sengit antara mereka. Ada tiga calon cagub serta cawagub untuk DKI saat ini. Dengan adanya pemilihan cagub serta cawagub tersebut, agar di tahun-tahun selanjutnya kepemimpinan memimpin Jakarta akan jauh lebih baik dan bisa mengatasi permasalahan yang ada di Jakarta.
Lembaga Konsultan Politik Indonesia (LKPI) merilis hasil survei soal Potret Terkini Popularitas Kandidat Pilkada DKI Jakarta. Direktur Eksekutif LKPI, Dendi Susianto, menyebut jika survei itu dilakukan kepada 1.200 responden di seluruh wilayah Ibu Kota pada 25 Oktober-3 November 2016.
“Berdasarkan tingkat popularitas paling tinggi adalah Ahok sebesar 94,6 persen. Hal itu karena Ahok yang sangat gencar selama ini membuatnya paling populer di antara kandidat lain,” ungkap Dendi di Restoran Nusa Dua Jakarta, Senin (14/11/2016).
Setelah Ahok, ujar dia, ada Agus Harimurti Yudhoyono sebesar 84,3 persen dan Anies Baswedan sebesar 80,7 persen. Sementara yang paling rendah, kata Dendi, adalah Sylviana Murni dengan persentase popularitas 61,4 persen. Menurutnya, pro kontra Ahok yang justru membuat dia populer.
Di tingkat elektabilitas, kata Dendi, semua pasangan calon memiliki kesempatan terpilih yang sama.
Berdasarkan survei, elektabilitas Agus-Sylvi mencapai 27,6 persen; Anies-Sandi sebesar 25,9 persen; Ahok-Djarot adalah 24,6 persen. Sementara yang tidak menjawab atau rahasia sebanyak 21,9 persen. Survei tersebut margin of error-nya kurang lebih 2,8 persen. Oleh karena itu, meski Agus-Sylvi cukup tinggi, semua kandidat memiliki kesempatan yang sama.
“Jika pilkada dilakukan hari ini maka akan jadi dua putaran. Dengan asumsi pemilih yang menyatakan belum menentukan pilihan dan rahasia didistribusikan secara merata, maka tidak ada paslon yang memperoleh suara di atas 50 persen. Pasangan Agus-Sylvi memperoleh suara 35,3 persen, Anies-Sandi 33,2 persen, dan Ahok-Djarot 31,5 persen,” ujar dia.
Oleh karena itu, kata Dendi, segala kemungkinan masih bisa terjadi apalagi pemilih yang belum memilih masih cukup banyak.
“Segala kemungkinan masih bia terjadi. Sebab, masih ada 43,6 persen pemilih yang menyatakan ada kemungkinan berubah dan rahasia. Sedangkan tetap sama sebesar 56,4 persen dan ada kemungkinan berubah 29,5 persen,” Dendi menandaskan.