BABAT POST – Belum lama Ahok cuti sebagai Gubernur DKI untuk melakukan kampanye dengan djarot atas cagub tahun depan. Namun masalah pun berdatangan dan tak kunjung selesai.
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok cuti sebagai gubernur DKI Jakarta sejak 28 Oktober 2016, untuk kampanye Pilkada DKI 2017. Namun belum genap sebulan, dampak ketidakhadirannya mulai dirasakan warga.
Warga DKI bernama Tjiptadinata Effendi menulis kegalauannya itu dalam sebuah forum pada Kamis 10 November 2016. Dia mengeluhkan tarif parkir mobil yang fantastis di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dia diminta juru parkir membayar Rp 20 ribu hingga menjadi viral di media sosial.
Sekitar ada 1.262 orang yang telah mengomentari keluhan kesah Effendiyang berjudul ‘Parkir Liar Bertarif Mencekik Marak Lagi di Tanah Abang, Apa Karena Ditinggal Cuti Ahok?’
Dalam forum tersebut, Effendi menceritakan ada seorang pengemudi yang mengeluhkan mahalnya tarif parkir di Tanah Abang. Dia pun menghubungkan dengan cutinya Ahok.
“Gara-gara Ahok cuti saja sudah begini, ya pak. Apalagi kalau Ahok cutinya lama. Tanah Abang ini akan kembali menjadi Tanah Preman seperti dulu,” tulis Effendi.
Terkait viral tersebut, Kepala Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta Pusat Harlem Simanjuntak mengaku belum mengetahui lokasi parkir tersebut. Kendati, pihaknya akan menyelidiki pada Senin 14 November 2016.
“Belum tahu di mana lokasinya. Selama ini, yang kami tahu, kalau di Tanah Abang tidak ada yang pakai karcis karena emang liar. Baru ini ada info karcis bayar Rp 20 ribu. Rencananya Senin akan kami cek,” ungkap Harlem kepada Liputan6.com, Sabtu.
Namun, menurut Harlem, saat meninjau nanti pihaknya tak punya kewenangan menangkap pemungut parkir liar tersebut. Karena itu, dia akan berkoordinasi dengan instansi terkait.
“Kalau kita kan tidak punya kewenangan nangkap orang. Nanti koordinasi dengan instansi terkait. Ditertibkannya jelas koordinasi dengan instansi yang terkait,” pungkas Harlem.
Semoga permasalahan yang terjadi katika Pak Ahok cuti akan cepat terselesaikan agar warga Jakarta sendiri bisa hidup lebih tentram, tanpa ada pungli yang berkeliaran dengan tarif yang sangat mencengkik warga.