BABAT POST – Aksi unjuk rasa besar-besaran telah terjadi di Seoul, Korea Selatan. Aksi tersebut dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat Seoul.
Protes besar-besaran digelar di Seoul, Korea Selatan pada Sabtu 12 November 2016. Sudah dua kali demonstrasi yang dihadiri ribuan orang diadakan selama akhir pekan.
Peserta aksi datang dari berbagai kalangan. Ada keluarga yang membawa serta anak-anak mereka yang masih kecil, murid-murid sekolah berseragam, juga anggota serikat. Mereka menuntut agar Presiden Park Geun-hye mundur dari jabatannya.
Tuntutan tersebut disuarakan menyusul skandal keputusan Presiden Park yang membagikan informasi rahasia pada seseorang yang tidak memiliki izin keamanan yang disyaratkan untuk menerimanya.
Presiden perempuan pertama dalam sejarah Korsel itu sudah minta maaf dua kali. Namun, itu tak lantas meredakan amarah sebagian besar rakyat yang merasa ‘dikhianati’.
Aksi kemarin adalah salah satu protes anti-pemerintah yang pernah digelar di Korsel selama kurun waktu beberapa dekade.
Empat aparat keamanan terluka selama demonstrasi. Menurut kantor berita Yonhap News Agency, mengutip sumber Departemen Pemadam Kebakaran, 26 pendemo dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami cedera, sementara 29 lainnya dirawat di lokasi aksi.
Belum jelas mengapa ada korban luka dari pihak aparat dan demonstran.
Seperti dikutip dari CNN, Minggu (13/11/2016), sejumlah demonstran mengaku tak akan mundur hingga sang presiden lengser.
“Kami tak akan menyebutnya presiden. Tak akan lagi,”kata Chu Mia, salah satu demonstran yang mengenakan aksesoris mirip tanduk setan dan memegang poster tuntutan agar Park mundur. “Yang kami inginkan adalah pemerintahan yang sesungguhnya.”
Chu Mia menambahkan, rakyat Korea Selatan dibuat tercengang dan kaget setelah mengetahui ada ”seseorang di belakang presiden”. Pernyataannya merujuk pada orang kepercayaan Park, Choi Soon-sil, yang tak punya jabatan pemerintah tapi diduga punya akses ke sejumlah dokumen rahasia, bahkan pidato kepresidenan. “Kami tak ingin orang ini (Presiden Park) tetap berkuasa.”
Park, yang menjadi perempuan pertama yang menjabat Presiden Korsel adalah putri dari Park Chung-hee, presiden yang menjabat pada 1961-1979.
Park Chung-hee tewas dibunuh oleh kepala intelijennya sendiri. Park senior dianggap sebagai otak di balik kesejahteraan Korsel, namun sejumlah orang menyebutnya sebagai diktator yang melanggar hak asasi manusia dan memberangus perbedaan pendapat.