Iran: AS itu Pendusta, Penipu, Tidak Loyal, Penikam dari Belakang, dan Bukan Lagi Nomor 1 di Dunia

BABAT POST – Sepertinya Iran bakal mengikuti jejak Filipina, China, dan Rusia untuk melawan Amerika Serikat. Sebagaimana yang diungkapkan pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang kembali menegaskan seruannya untuk tidak mempercayai Amerika Serikat. Menurutnya, sia-sia berunding dengan Washington karena sedang dilanda krisis.

Komentar Khamenei ini muncul ketika Iran memperingati Revolusi Islam 1979, di mana saat itu mahasiswa Iran mengepung Kedutaan Besar AS di Teheran dan menyandera banyak diplomat Washington. Peristiwa itu membuat hubungan diplomatik AS dan Iran terputus hingga saat ini.

Read More

”Negosiasi dengan AS tidak akan menyelesaikan masalah kita, karena pertama, (AS) itu adalah pendusta, tidak loyal, penipu dan penikam dari belakang, dan kedua, AS sendiri dilanda krisis. Bagaimana sebuah negara yang dilanda krisis dapat menyelesaikan masalah negara lain?,” ujar Khamenei dalam sebuah forum besar bagi pelajar dan guru Iran.

Meski Iran dan AS bersama negara-negara kekuatan dunia lain sudah mencapai kesepakatan nuklir Teheran, Khamenei tetap menyuarakan rasa skeptisnya untuk memulihkan hubungan Iran dan AS. Dia juga mengkritik kampanye para kandidat Presiden AS yang dia sebut mengindikasikan kebangkrutan moral dan krisis kepemimpinan Washington.

”Kebijakan dan esensi dari pemerintah AS yang arogan adalah atas dasar over-ambisi dan selama bertahun-tahun telah menerapkan kebijakan di berbagai belahan dunia, khususnya di kawasan Asia Barat dan pra-revolusi Iran,” ujarnya.

”Sekarang orang Amerika berada dalam situasi bahwa mereka telah menjadi putus asa tentang perkembangan di Suriah, Irak, Libanon, Yaman dan Afrika Utara. Bukankah situasi ini krisis?,” kata Khamenei, seperti dikutip Russia Today, Jumat (4/11/2016).

Sementara itu seorang komandan senior militer Iran mengatakan kekuatan Amerika Serikat (AS) sduah menurun dan tidak lagi menjadi kekuatan nomor satu di dunia. Komentar itu muncul saat perayaan untuk menandai Revolusi Islam 1979 di mana Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Teheran saat itu dikepung.

”Amerika tidak lagi nomor satu dan (tidak lagi) kekuatan pertama di dunia,” kata wakil komandan Garda Revolusi Islam Iran, Hossein Salami, kepada ribuan massa yang berkumpul di luar bekas kantor Kedubes AS di Teheran, pada hari Kamis.

”Kemampuan politik Amerika tidak bisa lagi mengelola pembangunan politik dan militer di dunia Islam. Kekuasaan politik Amerika telah sangat menurun,” ujarnya, seperti dikutip Al Arabiya, semalam.

Setiap tahun pada 3-4 November, Iran merayakan 444 hari pengepungan kedubes AS ketika Revoluasi Islam pecah tahun 1979. Saat itu, lebih dari 50 diplomat, staf dan mata-mata AS disandera oleh mahasiswa Iran. Mereka menuntut ekstradisi Mohamad Reza Pahlavi alias Shah, yang melarikan diri ke Amerika setelah digulingkan pada awal Revolusi Islam.

Krisis itu menyebabkan pememutusan hubungan diplomatik AS dan Iran selama beberapa dekade. Namun Teheran pada tahun lalu mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Dalam kesepakatan itu, Iran bersedia untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan sanksi atau embargo ekonomi yang menyengsarakan Teheran dicabut.

Meski mencapai kesepakatan nuklir, namun AS tetap menjadi musuh utama Iran. Kedua negara ini tetap berseberangan politik dalam beberapa konflik regional, termasuk konflik Suriah dan Yaman.

”Perlawanan kami dengan Amerika akan terus,” ujar Salami.

Dia juga memperingatkan AS untuk tidak mengkritik rudal balistik Iran.

”Pusat nyata kekuatan kita harus diperkuat,” katanya.

Related posts