BABAT POST – Anak-anak tak berdosa kembali jadi korban kekejaman ISIS. Lebih dari 300 tentara cilik ISIS terbunuh setelah dikerahkan ke medan perang di Mosul. Laporan itu diungkap sejumlah kelompok HAM internasional.
Ratusan tentara cilik ISIS itu adalah korban “cuci otak” para militan ISIS. Mereka didoktrin menjadi generasi penerus ISIS dalam kelompok yang dijuluki “cubs of the caliphate”.
Bocah-bocah itu dikirim ISIS untuk berperang setelah pasukan Irak dan Kurdi mulai memasuki Mosul. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, ratusan dari mereka telah tewas saat pasukan pemerintah Irak menyerbu Mosul yang didukung oleh pesawat-pesawat tempur dan drone Amerika Serikat (AS).
“Ini akan menaikkan korban tewas setidaknya 480 milisi Suriah di jajaran kelompok ISIS sejak awal pertempuran di wilayah Mosul, di antaranya lebih dari 300 tentara anak dari ‘cubs of the caliphate’,” bunyi pernyataan observatorium.
Kelompok tentara cilik ISIS itu didoktrin untuk melawan pasukan pro-pemerintah Irak dan Suriah. Observatorium menuduh milisi Sunni dari sejumlah suku yang diakui pemerintah melakukan serangan balas dendam terhadap militan pria dan anak-anak yang dididik ISIS.
Amnesty International yang berbasis di London dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu menyebut para milisi dari suku Sab’awi ambil bagian dalam operasi militer untuk merebut kembali wilayah di sekitar Sungai Tigris, Mosul. Milisi suku itu dituduh ikut menangkap dan menyiksa warga sipil dengan batang logam dan listrik.
Tuduhan itu didasarkan pada wawancara dengan pejabat setempat dan saksi mata. Lynn Maalouf, Wakil Direktur untuk Penelitian Amnesty International di Beirut menggambarkan tindakan milisi suku itu sebagai “kejahatan di bawah hukum internasional”.
“Pemerintah Irak harus mengendalikan milisi suku yang bertanggung jawab dan membawa mereka ke pengadilan,” kata Maalouf, seperti dikutip news.com.au, Kamis (3/11/2016).
Sementara itu para pria di Desa Gogjali, beberapa ratus meter dari Mosul, Irak utara, rama-ramai mencukur jenggot dan merokok secara terbuka. Hal itu dilakukan untuk merayakan kebebasan mereka dari kelompok ISIS.
Para warga sipil itu berlindung di sebuah masjid lokal ketika pasukan Irak melalukan operasi militer untuk memerangi ISIS di sekitar Mosul. Ketika mendengar wilayah mereka sudah dibebaskan dari ISIS, para pria itu merayakannya dengan mencukur jenggot di masjid.
Sedangkan para perempuan tetap memilih mengenakan niqab dan menjaga anak-anak mereka di dalam masjid.
Di tempat lain, para pria Irak merayakan kebebasan dari ISIS dengan mengisap rokok di tempat terbuka. Mereka selama dua tahun terakhir telah dilarang merokok ketika ISIS berkuasa.
Anak-anak di wilayah itu juga ikut merayakan kebebasan dari ISIS dengan berjabat tangan, mencium tentara Irak sebagai ungkapan terima kasih dan ramai-ramai melambaikan bendera putih.
Operasi pembebasan itu dilakukan pasukan khusus Irak yang mendatangi setiap rumah warga di Gogjali. Setidaknya, enam militan ISIS yang mengenakan rompi bom tewas dalam sebuah terowongan, sementara dua lainnya ditembak mati saat pasukan khusus Irak beroperasi.
Jenderal Abdul-Ghani al-Asadi, komandan senior pasukan kontra-terorisme Irak mengatakan kepada wartawan bahwa jam malam telah diberlakukan di kawasan Gogjali.
”Kami khawatir bahwa militan Daesh (ISIS) bisa menyerang pasukan atau kota kami dengan mortir,” katanya.
”Jadi demi keselamatan keluarga, kami meminta mereka untuk tinggal di dalam rumah mereka,” ujarnya, seperti dikutip Daily Mail, semalam (2/11/2016).
ISIS menduduki Mosul sejak 2014. Selama kota di Irak itu dikuasai ISIS, berbagai tindakan brutal telah terjadi, termasuk maraknya eksekusi yang dilakukan para militan ISIS.