BABAT POST – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini tengah mencari lahan untuk dimanfaatkan. Salah satunya adalah tanah sengketa.
Sebab, menurut dia, Pemprov DKI Jakarta dapat menyita lahan sengketa tersebut dan memanfaatkannya menjadi tampungan pedagang kaki lima (PKL) maupun lahan parkir.
“Di Jakarta, banyak tanah nganggur. Pokoknya kalau ada pohon petai cina yang tumbuh petai, nah berarti itu lahan sudah lama enggak digunakan,” kata Basuki, dalam sambutannya di RPTRA Semper Barat, Jakarta Utara, Sabtu (22/10/2016).
Pemprov DKI Jakarta, lanjut dia, sedang berupaya membangun banyak lahan parkir dan park and ride. Hal ini dilakukan agar masyarakat mau beralih menggunakan transportasi umum.
Pengguna kendaraan, lanjut dia, dapat memarkirkan motor atau mobil sepuasnya di lahan park and ride dengan harga terjangkau. Syaratnya, kata dia, membeli tiket transjakarta selama satu tahun. Hanya saja, hal itu masih perlu dikaji.
“Nanti kami tetapkan tarif parkir semurah mungkin, Rp 5.000 untuk motor atau Rp 10.000 untuk mobil seharian,” ujar Ahok.
“Tapi anda harus membeli kartu tiket transjakarta untuk satu tahun, ini sebagai bukti anda beralih naik bus,” kata dia lagi.
Ia pun berniat memberdayakan para preman dan pengangguran untuk menjadi juru parkir. Ahok -demikian dia biasa disapa, menjanjikan gaji setara upah minimum provinsi (UMP) DKI kepada mereka.
“Kami mau rapikan parkir, kita juga banyak orang tanpa kerjaan, preman-preman banyak, tapi preman juga orang. Kita ingin mereka digaji yang layak. Semua lahan parkir kami kuasai, yang namanya preman-preman enggak kerja, jadi tukang parkir, kita gaji,” kata Basuki.
Pada kesempatan itu, ia berharap warga Semper Barat dapat saling menolong sesama. Ia meminta warga untuk ikut melapor mana saja tetangganya yang tengah kesulitan. Termasuk melaporkan lahan sekitar yang sudah lama terbengkalai atau sengketa.
Sementara itu bakal calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, persoalan kemiskinan di Jakarta bukan hanya soal data dan statistik. Tetapi kemiskinan warga harus dirasakan oleh pemimpinnya.
“Mereka tidak bisa dilihat semata-mata sebagai data, data jumlah orang miskin sekian. Kemiskinan itu bukan angka, kemiskinan itu rasa, karena itu harus dirasakan, harus dekat,” ujar Anies di Kali Anyar, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu (22/10/2016).
Oleh karena itu, Anies mengunjungi permukiman-permukiman warga di Jakarta. Dengan blusukan, dia mengetahui langsung persoalan yang dirasakan warga.
“Interaksi seperti ini bisa membuat kita semua, baik saya maupun siapapun yang berinteraksi, merasakan bahwa mengubah nasib itu bukan soal angka statistik ekonomi. Ini soal perasaan,” kata dia.
Anies mengaku senang bisa berinteraksi langsung dengan warga, mendengarkan keluhan-keluhan mereka.
Dia mengaku tidak lelah meskipun terus blusukan. Anies menganalogikan kampung-kampung seperti toko.
Jika seseorang tidak menyukai toko yang didatanginya, dia akan lelah meskipun baru berkeliling sebentar. Namun, jika seseorang menyukai toko tersebut, dia akan merasa nyaman.
“Alhamdulillah justru menyenangkan. Saya sering menggarisbawahi bahwa lelah atau tidak, itu perasaan hati,” ucap Anies.
Dia menyatakan, solusi yang dilakukan pemerintah untuk menata permukiman warga harus memerhatikan kemanusiaan. Hal tersebut merupakan dasar untuk mengelola warga.