BABAT POST – Terkait virus Zika yang tengah mewabah di beberapa negara di Asia Tenggara, pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) pun menyarankan agar wanita hamil mempertimbangkan untuk menunda perjalanannya ke 11 negara di Asia Tenggara.
Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS, CDC, Zika dianggap endemik di beberapa daerah dan telah ada di wilayah tersebut selama bertahun-tahun dan beberapa warga mungkin telah kebal dengan penyakit tersebut. Lembaga itu juga menyatakan sejumlah wisatawan AS telah terinfeksi Zika di wilayah itu pada tahun lalu seperti dikutip dari CBS News, Sabtu (1/10/2016).
Larangan itu datang bersamaan dengan Thailand membenarkan kasus dua bayi yang menderita microcephaly, atau kelainan pada kepala bayi dimana ukurannya mengecil, yang disebabkan oleh virus Zika. Kasus tersebut adalah yang pertama ditemukan di Asia Tenggara.
CDC mengatakan bahwa tingkat risiko untuk infeksi virus Zika di 11 negara Asia Tenggara yang masuk dalam travel advisory tidak diketahui, kemungkinan lebih rendah daripada daerah di mana Zika baru saja menyebar luas. Namun karena Zika dapat menyebabkan cacat lahir parah, wanita hamil harus berbicara dengan dokter mereka dan mempertimbangkan menunda perjalanan yang tidak penting ke Asia Tenggara.
WHO mengatakan wisatawan ke daerah dengan wabah virus Zika harus mencari saran tentang potensi risiko dan langkah yang tepat untuk mengurangi kemungkinan paparan gigitan nyamuk dan penularan Zika. Namun disarankan agar wanita hamil tidak melakukan perjalanan ke daerah yang tengah terjadi penyebaran virus Zika.
“Mitra seksual perempuan hamil yang di tinggal atau kembali dari daerah dengan wabah virus Zika harus memastikan mempraktekan seks aman atau tidak melakukan hubungan seks selama masa kehamilan pasangan mereka,” kata WHO.
Sebelumnya Thailand menyatakan dua bayi di negara itu menderita microcephaly atau kondisi dimana kepala bayi mengecil akibat terinveksi viru Zika. Ini merupakan kasus pertama yang ditemukan di Asia Tenggara.
Dalam sebuah pernyataan, pejabat senior Kementerian Kesehatan Thailand Prasert Thongcharoen mengatakan bahwa kepastian itu didapatkan setelah melakukan tes laboratorium terhadap dua dari tiga kasus bayi yang menderita microcephaly. Hasilnya, hanya satu bayi penderita microcephaly yang tidak terkait dengan virus Zika.
“Kami telah menemukan dua kasus mengecilnya kepala terkait dengan Zika, ini kasus pertama di Thailand,” kata Thongcharoen dalam pernyataan tersebut seperti dikutip dari laman BBC, Sabtu (1/10/2016).
Menanggapi hal tersebut, badan kesehatan dunia WHO mendesak negara-negara di Asia Tenggara mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membendung penyebaran virus Zika.
“Infeksi virus Zika adalah ancaman serius bagi kesehatan wanita hamil dan anaknya yang belum lahir. Negara di wilayah ini harus terus memperkuat langkah-langkah yang bertujuan untuk mencegah, mendeteksi dan merespon penularan virus Zika,” kata Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara Dr. Poonam Khetrapal Singh dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CBS News.
Sebelumnya, Thailand telah mengkonfirmasi sekitar 350 kasus Zika sejak Januari lalu termasuk 25 wanita hamil dan menjadi salah satu tertinggi di Asia Tenggara.