Materi ‘Full Day School’ Akan Disesuaikan Dengan Cara Kerja Otak Anak Didik

BABAT POST – Wacana ‘full day school’ (FDS) memang menimbulkan berbagai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Meski begitu rencana penerapan FDS tetap dilakukan. Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pembangunan Karakter, Arie Budhiman menjelaskan, implementasi sistem sekolah sepanjang hari atau full day school (FDS) masih dalam tahap persiapan.

Full Day School, kata dia, salah satu item konsep penguatan pendidikan karakter yang saat ini dalam tahap pengkajian kebijakan.

Read More

‘’Termasuk di dalamnya kegiatan konsultasi publik, menghimpun praktik baik sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan full day school dan menentukan kriteria sekolah-sekolah yang akan menjadi piloting (menerapkan sistem itu),’’ kata Arie, Senin 19 September 2016.

Dia mengatakan, full day school akan dilaksanakan secara bertahap. Pelaksanaanya akan memperhatikan keberagaman sekolah-sekolah yang meliputi aspek keterwakilan wilayah (kota, pinggiran, desa), aspek insiatif sekolah dan daerah, sekolah pelaksana kurikulum 2013, aspek akreditasi dan aspek sekolah negeri dan swasta.

Menurut Arie, kajian mengenai kesiapan guru dan sarana prasarana sekolah juga terus dibahas. Terutama penyusunan modul pelatihan untuk kepala sekolah dan guru juga sedang disiapkan.

Intinya, kata Arie, pendidikan karakter sudah dikembangkan sejak 2010. Dengan demikian, lanjut dia, para kepala sekolah dan guru sudah banyak yang memperoleh pelatihan dan memahami pendidikan karakter itu.

‘’Pada saat ini pendidikan karakter tersebut akan diperkuat implementasinya dengan mengintegrasikan kurikulum melalui dukungan sekolah, orangtua dan masyarakat sebagai bagian dari ekosistem pendidikan,’’ katanya.

Direktur Pusat Neurosains Universitas Prof DR Hamka (Uhamka) Rizki Edmi Edison berpendapat, terpenting dari full day school adalah materi yang akan disisipkan harus memahami cara kerja otak anak didik.

Menurut dia, kegiatan pendidikan karakter bagi anak jangan sampai membuat anak letih. Sebaliknya, sambung dia, bisa meningkatkan fungsi otak siswa agar memahami materi yang disampaikan guru.

‘’Bagaimana caranya kita mengetahui kapan murid akan mengalami keletihan otak dan bagaimana caranya untuk meningkatkan fungsi kritis untuk mengingat yang dimiliki si murid. Itu yang harus kita teliti terlebih dulu. Setelah itu diterapkan dan diketahui baru kita perdalam kebijakan full day school seperti apa,’’ terangnya.

Rizki menyampaikan, kebanyakan guru memberi pengajaran kepada muridnya tanpa memahami seperti apa cara kerja otak manusia itu.

Dia mencontohkan, misalnya waktu belajar di sekolah itu 50 menit. Jika selama itu guruhanya berbicara tanpa henti di depan kelas maka siswa tidak akan bisa memahami materi yang disampaikan.

“Berdasarkan penelitian kemampuan otak manusia untuk memahami materi yang disampaikan itu hanya dalam 20 menit pertama,” ungkapnya.

Rizky mengaku telah membawa hasil penelitiannya kepada Kemendikbud dan mendapat sambutan baik. Dia pun berharap, ada perbaikan pola mengajar guru di Indonesia. Sebab guru sebagai tonggak utama pendidikan harus memahami seperti apa cara kerja otak siswa.

Related posts