BABAT POST – Ada yang mengejutkan di Pigub DKI Jakarta 2017, tokoh ulama Indonesia KH Hasyim Muzadi menyatakan siap pasang badan untuk PDIP jika partai tersebut mengusung kadernya pada Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang. KH Hasyim Muzadi pun berjanji mengajak partai Islam di Indonesia bergabung dengan PDIP.
Sebagai orang yang pernah merasakan budi baik PDIP pada Pilpres 2004 lalu, kata KH Hasyim Muzadi, dirinya berharap dengan sangat agar PDIP berani mengusung kadernya sendiri pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Sikap ini akan lebih memantapkan eksistensi PDIP sebagai partai wong cilik nasionalis religius ajaran Bung Karno.
Apalagi, lanjut KH Hasyim Muzadi, Bung Karno menolak keras explotation de lhomme par lhomme yang hanya membuahkan explotation de nation par nation.
Menurut KH Hasyim Muzadi, jangan sampai disaat PDIP penerus ajaran Bung Karno sedang menang dan berkuasa, nasionalisme Pancasila merosot karena kekuatan modal yang akan merambah ke politik dan PDIP membiarkannya.
“Apabila benar PDIP mengusung kadernya sendiri yang nasionalis, saya siap pasang badan untuk berkampanye. Saya akan mengajak partai-partai Islam untuk bergabung, mengajak umat dan para habib membela nasionalisme dan tentu semua rakyat DKI Jakarta,” tegas KH Hasyim Muzadi dalam siaran pers, Kamis (15/9/2016).
KH Hasyim Muzadi menuturkan, kalau kita mau bersatu, Insya Allah menang dengan terhormat. Daripada menang di bawah bayang-bayang tekanan modal, sungguh tidak terhormat .
PDI Perjuangan sendiri nampaknya benar-benar mendengarkan suara warga Jakarta dalam menentukan calon gubernur DKI Jakarta. PDIP akan berpatokan pada hasil survei internal dalam menentukan cagub DKI.
Anggota DPR RI Komisi III Fraksi PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu mengatakan pengumuman calon yang akan diusung akan dilakukan berbareng saat pendaftaran calon, yakni 21-23 September mendatang.
Terpenting, syarat menang figur calon harus menyatu dengan partai. Sebab, apabila tidak, mesin partai sangat berpengaruh.
Terlebih hasil survei internal PDI Perjuangan terbaru sama seperti apa yang dikatakan mantan Ketua pelaksana Tugas (PLT) Bambang DH. Dimana, 80 persen tidak menyukai petahana dengan gaya kepemimpinannya yang tidak berpihak terhadap wong cilik.
“Popularitas calon iya jadi pertimbangan juga. Tapi kami memadukan popularitas atau figur dengan mesin organisasi, sebagai mesin politik,” katanya.
“Disitulah kami uji kedekatan rakyat. Syarat menang figur calon harus menyatu dengan partai. Kalau tidak, kalah seperti yang sudah-sudah. Kami tidak pernah membajak Ahok jadi kader,” tegasnya.