BABAT POST – Saat berkunjung ke Jakarta pada pekan lalu Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuat satu pernyataan yang penting. Saat itu, Duterte menegaskan, dia mengizinkan AL Indonesia memasuki perairan Filipina jika sedang mengejar para bajak laut dan pengejaran itu dimulai di wilayah Indonesia.
“Kami bisa jelaskan bahwa jika pengejaran diawali di Indonesia, lalu terus berlangsung ke perairan internasional dan masuk ke wilayah Filipina, (AL Indonesia) bisa terus mengejar dan menghancurkan mereka,” ujar Duterte.
“Itu kesepakatannya, hancurkan mereka, itu janji saya kepada (Presiden) Widodo. Saya bilang, hancurkan mereka,” tambah Duterte sambil menegaskan kesepakatan itu mereka buat saat bertemu di Laos.
Namun, Duterte tetap menyelipkan kalimat-kalimat khasnya untuk membumbui pernyataan serius ini.
“Tapi di sana banyak ikan hiu, ada baiknya jika kita lemparkan mereka (bajak laut) untuk santapan ikan hiu,” tambah mantan wali kota Davao itu.
Sementara itu, juru bicara angkatan bersenjata Filipina kepada CNN Philippines beberapa waktu lalu menegaskan, operasi militer lintas batas itu memang dimungkinkan.
Apalagi, Indonesia dan Filipina sudah menekan kesepakatan pada 1975 yang memungkinkan operasi militer lintas batas untuk mengejar pelaku kriminal.
“Jika kejahatan diketahui berlangsung di kawasan perbatasan, dan Indonesia yang pertama kali mengetahui, maka Indonesia bisa melakukan pengejaran,” kata Brigadir Jenderal Restituto Padilla.
“Mereka bisa mengejar para kriminal di perairan kami,” Padilla menegaskan.
Meski demikian, lanjut Padilla, militer Indonesia harus segera memberi tahu pemerintah Filipina saat memasuki wilayah negeri itu.
“Sehingga sebuah operasi gabungan yang terkordinasi bisa segera dilangsungkan,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Filipina, Peter Galvez.
Namun, Galvez menegaskan, sejauh ini perjanjian kedua negara baru mengizinkan operasi militer lintas batas di wilayah perairan.
Berdasarkan perjanjian kedua negara ini maka akan sulit bagi Indonesia untuk menggelar operasi penyelamatan warga Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Saat ini masih terdapat sembilan warga Indonesia yang disandera di wilayah selatan Filipina, tempat kelompok Abu Sayyaf dan beberapa organisasi militan lainnya mengangkat senjata.
Pada Mei lalu, Indonesia, Malaysia, dan Filipina sepakat untuk menggelar patroli laut bersama menyusul serangkaian penculikan dan serangan bajak laut yang membahayakan jalur perdagangan di wilayah itu.