Tasyakuran Perayaan HUT RI ke-71 ini Buat Geger Media Sosial

BABAT POST – Sebuah konser musik dangdut untuk perayaah HUT  ke71 yang diselenggarakan di Alun –alun Pacitan, Jawa Timur berlangsung ricuh akibat saling bersenggolan saat berjoget sejumlah penonton terlibat tawuran, Jumat malam (26/8/2016). Sedikitnya empat penonton yang diduga pemicu tawuran ditangkap polisi.

Awalnya konser musik dangdut ini berlangsung tertib, namun situasi mulai memanas setelah beberapa kelompok penonton saling baku hantam.

Massa yang terlibat tawuran semakin besar. Petugas kepolisian yang berjaga turun ke area penonton untuk meredam keributan lalu empat orang diamankan dari kerumunan massa.

Meski sejumlah penonton diamankan namun tawuran terus berlangsung menghindari kericuhan meluas petugas menghentikan pentas lebih awal.

Sementara itu sebuah perayaan tasyakuran perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-71 yang diselenggarakan warga Kampung Comboran – Kidul Pasar, Kota Malang di tengah rel kereta api membuat geger. Karena saat acara dilakukan pada Jumat malam (26/8/2016) kerap bubar dan berhimpitan dengan kereta api yang lewat.

Tanggapan beragam pun menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dalam sekejap foto langsung tersebar luas dan dibagikan hingga ribuan orang.

Masyarakat di dunia maya menganggap Perayaan Hut Ri ke-71 di Kampung Kidul Pasar, Kota Malang ini sebagai perayaan kemerdekaan paling bernyali, greget bahkan nekat. Karena warga datang dan pergi meninggalkan rel disaat kereta lewat. Bahkan jarak warga dengan kereta api lewat hanya dalam hitungan centimeter.

Meskipun sebagian masyarakat dunia maya tetap menganggap lokasi perayaan kemerdekaan ini adalah nekat dan berbahaya. Namun bagi masyarakat setempat hal ini adalah biasa bukan baru tahun ini.

“Rel kereta api ini sudah menjadi gedung pertemuan bagi masyarakat setempat bahkan sejak belasan atau puluhan tahun yang lalu,” kata Moch Suli Ketua RT Comboran, Kidul Pasar, Kota Malang.

Menurut dia, sepanjang 3 jam berlangsungnya acara sedikitnya delapan kali rangkaian kereta api lewat di jalur kereta ini.

“Kita laksanakan dengan kondisi apa adanya dan kebiasaan yang dipertahankan ini tidak mengurangi kemeriahan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71. Bukan kemewahan yang diminta para pahlawan hanya mengisinya dengan kegiatan positif dan doa. Sudah cukup untuk mengingat jasa pahlawan dan mensyukuri kemerdekaan,” kata M Suli.

Related posts