BABAT POST – Donald Trump , calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik menuduh Barack Obama dan Hillary Clinton sebagai pendiri ISIS. Namun, tuduhan Trump yang keras tersebut tidak disertai rincian bukti, termasuk dokumen-dokumen intelijen soal kebijakan Obama atas krisis Suriah.
Dan baru-baru ini, sebuah dokumen intelijen berhasil mengkonfirmasi kebenaran tuduhan Donald Trump itu. Ya, Dokumen intelijen itu ternyata mengungkap bahwa kebijakan administrasi Presiden Barack Obama yang mendukung oposisi “salafis” demi menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad tanpa disadari telah mendukung penciptaan ISIS di Suriah.
Dokumen intelijen pertahanan AS 2012 itu ditandai cap “secret”. Dokumen memperlihatkan bahwa dukungan AS terhadap koalisi anti-Assad pada saat itu dipelopori oleh Al-Qaeda di Irak (AQI) dan Negara Islam Irak (ISI) yang kemudian membentuk jaringan kelompok teror bernama ISIS atau Daesh.
AS mengklaim selama ini hanya mendukung kelompok oposisi moderat di Suriah. Namun, tanpa disadari kelompok oposisi moderat juga pernah “satu barisan” dalam medan tempur karena memiliki tujuan sama, yakni menggulingkan Assad.
”AQI, melalui juru bicara Negara Islam Irak (ISI), Abu Muhammad al-Adnani menyerukan kaum Sunni di Irak, terutama suku-suku di wilayah perbatasan (antara Irak dan Suriah), untuk berperang melawan rezim Suriah,” bunyi laporan intelijen tersebut.
“Pasukan oposisi mencoba untuk mengontrol wilayah timur (Hasaka dan Der Zor) yang berdekatan dengan provinsi Irak Barat (Mosul dan Anbar), selain di perbatasan tetangga Turki. Negara-negara Barat, negara-negara Teluk dan Turki mendukung upaya ini,” lanjut laporan tersebut, seperti dikutip Sputniknews, semalam (13/8/2016).
Pada bulan Desember 2012, hanya beberapa bulan setelah laporan intelijen pertahanan dibuat, Presiden Obama dan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menegaskan bahwa kubu oposisi sebagai ”wakil sah rakyat Suriah”.
Washington yang diyakini tahu bahwa di belakang kubu oposisi Suriah saat itu ada AQI dan ISI—cikal bakal ISIS—leluasa menyetujui kebijakan untuk menyediakan senjata, bantuan, dan dukungan.
Sementara itu, warga Manbij, Suriah utara, merayakan pembebasan wilayah mereka dari pendudukan ISIS. Para wanita di Manbij merayakannya dengan membakar burqa dan para pria mencukur jenggot.
Selain membakar dan merobek burqa, beberapa perempuan di Manbij juga merokok. Wilayah itu dibebaskan dari pendudukan kelompok Islamic State (ISIS) berkat perjuangan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Sebelum kelompok ISIS diusir dari Manbij, warga di kota itu mengalami kesedihan selama berbulan-bulan karena hidup dengan aturan serba keras. Mereka juga senang karena bisa mendapatkan rumah mereka kembali.
Di berbagai jalan, warga Manbij berbagi pelukan dan ciuman. Mereka juga meneteskan air mata bahagia saat satu sama lain tertawa karena terbebas dari ISIS.
Sementara itu, anak-anak merayakannya dengan bermain sepak bola yang sebelumnya juga dilarang keras oleh ISIS.
Meski sudah terbebas dari ISIS, sebagian warga Manbij mendapati rumah mereka rusak oleh terjangan peluru bahkan ada yang hampir rata dengan tanah.
”Itu rumit bagi kita untuk menyelamatkan warga sipil dari daerah ini, tapi kami melakukannya. Teroris sekarang melarikan diri. Kami akan pergi mendatangi di mana pun mereka berada,” kata salah satu tentara wanita dari faksi YPJ yang ikut berkontribusi dalam pembebasan Manbij, kepada Russia Today yang dikutip Minggu (14/8/2016).