BABAT POST – Harian The Independent, Selasa (9/8/2016), melaporkam, orangtua yang berduka akibat serangan pada tahun 2012 di Benghazi Libya timur, telah mengajukan gugatan terhadap calon Presiden partai Demokrat Hillary Clinton atas kematian anak mereka dalam insiden itu.
Mantan menteri luar negeri itu dituduh bertindak “sangat ceroboh dalam menangani informasi rahasia dan tertutup” yang menurut mereka berkontribusi pada kematian anak-anak mereka.
Mereka melihat adanya hubungan antara tragedi dan surat elektronik (e-mail) pribadi kandidat dari Partai Demokrat itu, yang selama ini memang telah menjadi salah satu bahan pergunjingan di AS.
Kandiat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, juga telah berulangkali menyoroti serangan di Benghazi itu dengan e-mail pribadi Hillary.
Pengaduan emosional atas Hillary awalnya disampaikan oleh Patricia Smith, salah satu orangtua, pada konvensi Partai Republik tiga minggu lalu.
Orangtua yang lain, Charles Woods, mengajukan gugatan dengan menggunakan laporan terbaru FBI dengan menyalahkan mantan Menlu AS itu.
Patricia Smith, ibu dari pejabat manajemen informasi Kementerian Luar Negeri AS Sean Smith, dan Charles Woods, ayah dari anggota pasukan elite Navy Seal Tyrone Woods, mengajukan tuntutan terhadap Hillary atas dugaan kematian yang tidak benar dan fitnah.
Lewat tuntutannya, Smith dan Wood mengatakan, salah satu penyebab kematian anak mereka ialah karena Hillary menggunakan layanan e-mail pribadi.
Menurut BBC, tuntutan tersebut diajukan kelompok konservatif, Freedom Watch, yang mewakili para orangtua korban.
Kedua orangtua tersebut juga menuduh Hillary membuat pernyataan yang serampangan, ceroboh, dan atau dengan sengaja punya maksud jahat ketika mengatakan bahwa para penggugat berbohong saat mengakui bahwa Clinton telah menyampaikan ke mereka serangan di Benghazi dipicu oleh video anti-Muslim yang beredar di YouTube.
Gugatan ini diajukan Senin (8/8) lalu ke Pengadilan Negeri District of Columbia. Salah satu isi gugatan menyebutkan bahwa sebagai “akibat langsung” pemakaian server surat elektronik pribadi oleh Clinton selama menjabat sebagai menlu, “para teroris Islam bisa mendapatkan informasi keberadaan Duta Besar Christopher Stevens … dan setelah itu merancang, merencanakan, dan melaksanakan serangan 11 September 2012 itu”.
Gugatan didaftarkan oleh pengacara kontroversial Larry Klayman, mantan jaksa dari Departemen Kehakiman yang pernah melayangkan 18 gugatan melawan pemerintahan Bill Clinton pada dekade 1990an.
Selain itu Klayman juga pernah menggugat presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, lembaga intelijen Amerika NSA (National Security Agency), Hakim Agung Elena Kagan, dan Presiden Barack Obama, yang dia tuduh secara diam-diam membiarkan virus Ebola masuk ke Amerika sehingga bisa digunakan melawan warga negara “ras Kaukasian (kulit putih) dan mereka yang beragama Yahudi-Kristen”.
Kelompok militan menyerang kantor konsulat AS pada tahun 2012 di Benghazi. Akibatnya empat warga AS tewas, termasuk Duta Besar Chris Stevens, saat Clinton menjabat Menlu AS.
Meskipun DPR AS menyatakan Clinton tidak melakukan kesalahan pada permulaan tahun. Masalah ini terus muncul selama kampanye kepresidenannya.
Nick Merrill, sekretaris Clinton bidang media, menjawab dalam pernyataan berikut:
“Meskipun tidak ada yang bisa membayangkan kepedihan keluarga para warga Amerika pemberani yang gugur di Benghazi, namun sudah ada sembilan investigasi terpisah terkait serangan ini, dan tidak ada satu pun yang menemukan bukti apa pun atau kesalahan apa pun yang dilakukan oleh Hillary Clinton.”