Saudara Ipar Dalang Serangan Charlie Hebdo Ditangkap Saat Coba Pergi ke Suriah

BABAT POST – Mourad Hamyd, saudara ipar dari dalang serangan di Paris, Cherif Kouachi, pada Januari tahun lalu itu kini telah diamankan di Bulgaria. Dia ditangkap setelah mencoba pergi ke Suriah.

Sebagaimana dilansir AFP, Senin (8/8/2016), keterangan tersebut didapat dari sumber penegak hukum.

Read More

Pria berumur 20 tahun itu kemudian dibuang ke negara terdekat, yakni Bulgaria. Dia dikirim ke pusat tahanan pada 28 Juli. Begitulah keterangan dari sumber yang mengkonfirmasi laporan dari Journal du Dimanche.

Sumber itu mengatakan kelompok investigator antiteror Prancis telah menyiapkan perintah penangkapan Eropa untuk Hamyd. Hamyd tinggal bersama keluarganya di bagian utara Prancis, yakni kota Charleville-Mezieres.

Saudara perempuan Hamyd adalah istri dari Cherif Kouachi. Sesaat setelah serangan di Charlie Hebdo lampau, Hamyd telah salah diidentifikasi di media sosial sebagai salah satu dari tiga pelaku penyerangan. Saat itu dia telah diinterogasi selama 48 jam sebelum dilepaskan tanpa tuduhan.

Hamyd kemudian menyatakan kepada AFP dalam sebuah wawancara, dia terkejut dengan serangan itu. Dia menilai itu adalah “kejahatan yang mengerikan” dan menyatakan dirinya sebagai siswa normal yang tinggal bersama orang tuanya. Saat itu dia menyatakan hampir tak pernah mengadakan kontak pembicaraan dengan Cherif Kouachi.

Soal penangkapan Hamyd, pihak Bulgaria mengkonfirmasinya.

“Kami telah melaksanakan tugas kami,” kata Menteri Dalam Negeri Rumyana Bacvarova kepada AFP.

“Dia telah ditahan dan diidentifikasi. Semua hal yang perlu dilakukan telah dilakukan, dia tidak bebas dan kami menunggu proses hukum selanjutnya,” kata dia merujuk ke ekstradisi.

Sebelumnya Polisi Paris menembak mati seorang pria bersenjatakan pisau yang hendak masuk secara paksa ke dalam sebuah kantor polisi tepat di hari peringatan penyerangan di kantor majalah satire Charlie Hebdo. Pria yang akhirnya diketahui mengunakan rompi bom bunuh diri palsu ini terafiliasi dengan ISIS.

Dilansir AFP, Jumat (8/1/2016), insiden terjadi Kamis (7/1) di Distrik 18 sebelah utara ibu kota Prancis. Pemuda yang ditembak mati ini asal Maroko dan berusia sekitar 20 tahun.

Sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan mengatakan, secarik kertas ditemukan pada pemuda ini usai digeledah. Isi secarik kertas itu berupa “sumpah kesetiaan” kepada kelompok Negara Islam atau ISIS. Dia mengatakan aksinya untuk membalas Prancis pada “serangan di Suriah”.

Sidik jari pria ini cocok dengan file seorang pencuri yang dihukum pada 2013. Dia merupakan seorang tunawisma yang teridentifikasi sebagai Sallah Ali, lahir di Casablanca, Maroko pada tahun 1995.

Penembakan pria ini terjadi selang beberapa menit setelah Presiden Prancis Francois Hollande menyampaikan pidatonya dalam peringatan setahun insiden penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo pada 7 Januari 2015.

Dia berusaha masuk dengan paksa ke sebuah kantor polisi yang ada di Distrik 18 sambil membawa pisau. Dia juga mengenakan pakaian seperti rompi bom bunuh diri yang akhirnya membuat polisi melakukan penembakan.

“Menurut kolega kami, pria itu berniat meledakkan diri. Dia berteriak ‘Allahu Akbar’ dan memiliki kabel yang menyembul dari pakaian yang dikenakannya. Itulah mengapa polisi melepas tembakan ke arahnya,” ujar seorang pejabat dari Alternative Police Union. Setelah diperiksa, ternyata rompi bom bunuh diri itu palsu.

“Penyerang ditemukan memakai kantong di bawah mantelnya dengan kawat yang menggantung, tapi perangkat itu ternyata tidak mengandung bahan peledak,” ujar sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan kepada AFP.

Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve memuji kesigapan pasukan keamanan dalam insiden ini.

“Di negara di mana tingkat ancaman sangat tinggi, polisi, polisi militer, pasukan keamanan…berada di garis depan,” katanya.

Related posts