BABAT POST – Akhir-akhir ini tindakan kelompok ekstrimis Suriah semakin mengkhawatirkan. Pasalnya kelompok ekstrimis itu telah menggunakan gas beracun terhadap warga sipil.
Terkait hal itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry bahwa perang terhadap kelompok ekstrimis di Suriah harus ditingkatkan.
Lavrov dan Kerry membahas konflik di Suriah lewat saluran telepon, kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (6/8/2016).
Keduanya melakukan pembicaraan sehari setelah Moskow mengkritik tajam perilaku AS di Suriah, menuduh Washington mendukung pemberontak yang menggunakan gas beracun terhadap warga sipil dan membunuh ratusan orang dalam serangan udara.
Sebelumnya, Departemen Pertahanan (Dephan) Rusia mengatakan pemberontak dari kelompok pemberontak Suriah yang dianggap moderat oleh Washington bertanggung jawab atas serangan bom racun di Aleppo. Serangan tersebut menewaskan 7 orang dan melukai 23 orang lainnya.
Dalam pernyataan itu, pejabat militer Rusia menambahkan bahwa teroris di daerah tersebut menghambat upaya penduduk setempat yang mencoba melarikan diri dari bagian timur yang dilanda perang kota.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan perlawanan terhadap kelompok yang menyebut diri Negara Islam ISIS mengalami kemajuan. Tetapi dia memperingatkan kelompok itu masih mengancam.
Ketika kelompok jihadis kehilangan wilayah kekuasaan, dia mengatakan, ada sinyal perubahan untuk melakukan serangan di luar negeri.
“Kemungkinan adanya aktor yang melakukan aksi sendirian atau sel kecil yang membunuh orang adalah nyata,” kata dia, dengan menambahkan bahwa jaringan di AS mungkin diaktifkan.
Obama memberikan keterangan mengenai perkembangan terbaru itu kepada wartawan setelah rapat di Pentagon.
Berbicara setelah pertemuan dengan pejabat tinggi militer dan keamanan nasional pada Kamis waktu setempat, Obama mengatakan ISIS “tidak tak terkalahkan”.
“Faktanya, mereka pasti akan dikalahkan,” kata presiden AS itu, memperkirakan bahwa kelompok militan itu akan kalah di Raqqa – yang diklaim sebagai ibukota mereka – Suriah, setelah kehilangan kekuasan di Mosul Irak.
Presiden Obama juga mengatakan ISIS, “tidak mengalami kesuksesan besar dalam operasi di Suriah atau Irak di sepanjang tahun”.
Ketika kelompok militan telah terdesak di negara tersebut, dan telah melakukan atau mengklaim sejumlah serangan besar pada tahun ini, seperti di Irak, Prancis, Jerman, Bangladesh dan beberapa negara lain.
Presiden Obama mengatakan sangatlah penting untuk tidak takut.
“ISIS masih belum dapat mengalahkan Amerika Serikat atau mitra Nato kami,” kata dia, yang menyebut sebutan lain bagi ISIS.
Tetapi dia memperingatkan AS bisa kalah oleh dirinya sendiri jika pemimpinnya membuat “keputusan yang salah”- seperti membunuh warga sipil tanpa pandang bulu atau melakukan tes tentang agama terhadap mereka yang ingin masuk ke negara ini.
“Strategi seperti itu dapat memukul balik karena demi memenangkan pertempuran ini kita tidak boleh membingkainya sebagai pertarungan peradaban antara Barat dan Islam,” jelas dia.
“Mereka melakukan persis seperti ISIS dan mengedepankan interpretasi terhadap Islam yang salah,” kata Obama.
AS baru-baru ini meningkatkan upaya melawan ISIS, dengan mengebom wilayah kekuasaan kelompok militan itu di Libia pada Senin setelah diminta oleh pemerintah setempat yang didukung PBB.
Negara-negara Barat semakin khawatir setelah kelompok ISIS menunjukkan peningkatan di Libia.