Koalisi Gemuk Jadi Strategi Sejumlah Parpol Untuk Lawan Ahok di Pilgub DKI 2017

BABAT POST – Dalam Pilgub DKI 2017 kemungkinan akan terjadi koalisi gemuk parpol seperti, Gerindra, PDIP, PKS, dan Golkar. Ditengarai ini menjadi strategi khusus sejumlah parpol untuk menggeser cagub petahana Basuki Thaja Purnama (Ahok).

Dan untuk memenangkan Pilgub DKI 2017 itu, Partai keadilan Sejahtera (PKS) berharap PDIP gabung dengan koalisi mereka. Dengan gabungnya tiga partai besar, PDIP, Gerindra, dan PKS diharapkan bisa mengungguli cagub petahana.

Read More

Ketua Dewan Syariah Wilayah (DSW) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS DKI, Abdurahman Suhaimi berharap partai berlambang banteng moncong putih dapat bergabung dengan PKS dan Gerindra untuk mengusung pasangan calon gubernur. Apalagi, ini kekuatan tiga besar di Jakarta, sehingga dapat mendominasi kemenangan pada hari pencoblosan nanti.

Menurut Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI itu, figur yang dicari untuk berpasangan dengan Sandi adalah yang dapat mengalahkan calon petahanan. Dia pun masih mencari sosok tersebut dilingkungan internalnya, baik dari kader ataupun non kader.

“Jika ini terjadi, sudah pasti calon petahana kalah. Komunikasi dengan partai lain akan dibangun semakin intens. Intinya kami mencari pasangan yang punya potensi memenangkan atau mengalahkan petahana,” ujarnya kepada wartawan di Gedung DPRD DKI, Selasa (2/8/2016).

Pengamat Politik Emrus Sihombing menilai jika memang sepertinya partai politik merencanakan untuk membangun koalisi gemuk. Mengingat hingga saat ini elektabilitas petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) masih teratas.

“Sangat besar kemungkinan jika ingin membangun koalisi gemuk. Karena ini strategi untuk bisa menyaingi petahana atau incumbent,” katanya, Kamis (19/5/2016).

Namun, koalisi gemuk ini bisa saja berkurang kekuatannya ketika PDIP mengusung cagub mereka sendiri. Pasalnya, PDIP yang menguasai DPRD DKI bisa saja jalan sendiri untuk mengusung cagub DKI.

“Andaikan PDIP membawa Risma ke Jakarta maka koalisi gemuk tidak diperlukan,” tukasnya.

Alasannya kembali dijelaskan Emrus karena Risma memiliki daya saing kuat untuk melawan Ahok dari segi faktor sosial antropologi. Risma itu adalah orang Jawa dan adalah tokoh yang religius. Faktor pendukung lain bahwa Risma tidak pernah mengemukakan kata-kata yang merendahkan orang lain.

Related posts