BABAT POST – Pembajakan memang salah satu kendala besar bagi pengusaha kreatif di Indonesia, termasuk mereka yang bergerak di bidang mode. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, ancaman pun semakin banyak menghapiri.
Misalnya, Daniel Mananta yang berhasil mengembangkan bisnis di bidang fesyen lewat merek Damn! I Love Indonesia. Salah satu yang membuat Daniel geram adalah munculnya online shop yang menjual merek bajakannya dengan harga miring. Karena memang cukup mudah bagi pelaku untuk mem-printing kaos dengan logo yang sama.
“Banyak toko online jual merek bajakan baju gue dengan harga sepuluh persen lebih murah dari harga asli. Itu susah banget dikontrol,” curhat Daniel saat ditemui di launching The Big Start Indonesia, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (25/7).
Ada usaha Daniel untuk mengurangi pembajakan atas produknya tersebut. Salah satunya membuat laporan agar online shop itu ditindak. Namun setelah satu berhasil ditutup, muncul online shop lain.
“Pernah gue tangani, hilang sehari doang. Besoknya muncul lagi dengan akun dan alamat e-mail baru. Begitu terus,” keluhnya.
Daniel menganggap maraknya online shop yang menjual barang bajakan dikarenakan tidak adanya kurasi. Sehingga siapa pun bebas melakukan transaksi jual beli asal ada konsumen yang berminat.
“Permasalahan online shop ya seperti itu, tidak ada kurasi. Kalau dibiarkan malah meningkatkan pembajakan,” pungkasnya.
Daniel mengatakan pembajakan bisa menghancurkan usaha yang menguras tenaga dan menyedot banyak modal.
“Ratusan juta marketing, tapi jebret dibajak,” kata Daniel.
“Segampang itu, akhirnya semua yang sudah gue marketing, yang menerima hasilnya mereka,” katanya.
Selain online shop, Daniel juga mengaku pernah menemukan produk bajakan dari kaosnya di Singapura yang dijual di tempat wisata patung singa Merlion. Ia mengaku beruntung berkat sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dimiliknya pembajakan itu bisa dihentikan.
“Pernah ada kaos Damn I Love Singapore,” kata Daniel di Jakarta, Senin (25/7).
Tulisannya mirip seperti yang tertera di produk-produknya, hanya berbeda di nama negara saja.
“Tim saya datang kasih lihat sertifikat HKI, (pihak Singapura) langsung bilang tidak akan produksi itu lagi,” kata Daniel, menegaskan sertifikat HKI menjadi dukungan kuat untuk melawan pembajakan.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun ini telah menyediakan kuota pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) secara gratis untuk 1.000 pelaku ekonomi kreatif di Indonesia.
Deputi Fasilitas HKI dan Regulasi Bekraf, Ari Juliano Gema, Rabu (20/7) lalu mengatakan hingga saat ini sudah ada 400 startup di seluruh Indonesia yang mendaftarkan secara cuma-cuma.