Ini Harapan Warga Poso Pasca Tewasnya Santoso

BABAT POST – Setelah tiga tahun berlalu akhirnya angin segar bisa dirasakan Warga di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka pun berharap pasca-tewasnya Santoso, Senin (18/7/2016), situasi keamanan di Poso semakin kondusif. Mereka berharap, tidak lagi hidup dengan bayang-bayang ketakutan dari ancaman teroris.

Markesa (35), warga Desa Pantangolemba, mengatakan, keinginan warga masyarakat adalah mereka kembali bebas untuk ke mana saja, tanpa ada larangan yang selama ini dirasakan oleh warga masyarakat. Mereka tidak bebas beraktivitas di kebun milik mereka sendiri yang berada di sekitar hutan pegunungan.

Read More

“Saya berharap dengan tewasnya Santoso, saya bersama warga lainnya sudah bisa beraktivitas di kebun lagi,” ungkap Markesa.

Harapan serupa juga dikemukakan oleh Samperno Dwiantoro (45), warga Desa Padalembara. Dia merindukan situasi yang aman dan tenang tanpa ada lagi peristiwa kekerasan, seperti terorisme.

“Ini kabar bagus, kami berharap semua sudah selesai. Tetapi yang perlu diantisipasi oleh aparat dan pemerintah daerah, jangan sampai ada lagi muncul Santoso yang baru,” tuturnya.

Sementara itu, Muhamad Rafiq Syamsuddin (40), seorang pelaku usaha di Kota Poso, mengatakan, sudah saatnya Poso dibangun dan diperbaiki kembali untuk meningkatkan kesejahteraan warga yang jauh tertinggal dibandingkan daerah lainnya di Sulawesi Tengah.

Menurut dia, warga tetap mempunyai harapan besar kepada Satgas Operasi Tinombala 2016 agar terus bekerja keras mengejar 19 orang sisa anggota kelompok teroris yang masih berada dalam daftar pencarian orang (DPO).

“Saatnya Poso harus bangkit dari ketertinggalan kabupaten lain. Kami punya harapan besar kepada ribuan aparat untuk segera menangkap dan menuntaskan 19 sisa DPO jaringan kelompok Santoso,” ucapnya.

Namun, hal berbeda diungkapkan Kapolri Tito Karnavian, yang mengatakan bahwa jaringan terorisme di Poso tidak langsung lumpuh meski Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur Santoso sudah tewas.

Tito mengatakan, operasi Tinombala untuk mengejar sisa kelompok teroris di Poso ini masih akan terus dilakukan karena Santoso dianggap sebagai figur perlawanan terhadap pemerintah.

“Dengan tewasnya Santoso, bukan berarti mengakhiri jaringan terorisme di Indonesia yang ada, melainkan masih banyak jariangan terorisme lain yang sel-selnya sekarang kehilangan disorientasi,” kata Tito di Palu, Rabu (20/7/2016).

Saat ini, masih ada anggota komplotan yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Dua dari belasan nama yang muncul diperkirakan bakal menggantikan Santoso, yaitu Ali Kalora dan Basri alias Bagong. Nama Ali Kalora dinilai paling berpeluang menggantikan Santoso.

Tito menambahkan, Poso dianggap ideal karena bekas daerah konflik dan beberapa warga yang masih trauma kemudian menjadi terbuka dengan kelompok garis keras. Doktrin itu tumbuh dengan subur.

Alasan kedua Poso menjadi daerah yang ideal adalah karena hutan dan medannya bergunung-gunung sebagai lokasi perang gerilya. Sementara itu, alasan ketiga karena terpencil dan jauh dari Jakarta sehingga dianggap jauh dari radar pemerintah pusat. Dari tahun 2000 pasca-konflik, lanjut Tito, Poso sudah mau dijadikan safe base oleh kelompok Al Jamaah Islamiah.

Related posts