BABAT POST – Setelah dapat paksaan dari pihak termasuk DPRD akhirnya Pemeritah Kota Bukittinggi mengungkap penyebab kematian dua ekor anak harimau sumatera satwa koleksi Kebun Binatang TMSBK Kinantan Bukittinggi.
Dokter hewan Tri Nola Mayasari selaku tim medis di Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) atau Kebun Binatang Kinantan Bukittinggi mengungkapkan, dua anak harimau sumatera berusia 5 bulan yang mati diakibatkan karena komplikasi penyakit.
Dari hasil diagnosa pada anak harimau betina terjadi komplikasi jantung koroner dan enteritis akut atau peradagangan pada saluran pencernaan. Sementara pada bagian lambung juga mengalami hemorogi dan kosong tidak ada makanan, hemoragi juga terlihat di bagian usus.
Harimau betina bernama Puti ini mati di TMSBK Bukittinggi pada 30 Juni 2016 sekitar pukul 15.00 WIB.
Sedangkan untuk anak harimau sumatera jantan bernama Raja pada 1 Juli 2016 mengalami penurunan kondisi kesehatan setelah sebelumnya sempat mengalami muntah dan mencret.
“Mungkin karena sakitnya yang terlalu besar sehingga untuk dipegang tidak bisa apalagi untuk diobati. Dari hasil rontgen yang didapatkan pada anak harimau sumatera jantan, pada tulang panggul ada tulang rawan yang berongga, seharusnya itu tidak ada pada anakan. Kemudian untuk yang betina dua tulang kaki depan sudah tidak sejajar tapi kaput yang satu menusuk tulang sebelahnya sehingga mengganggu pergerakan harimau tersebut,” jelas dia.
Tim medis sempat memberikan infus secara suputan dan terapi obat anti muntah dan mencret namun nyawa kedua satwa langka dan dilindungi ini tidak tertolong lagi.
Oleh dokter hewan dan pihak pengelola kebun binatang bangkai kedua satwa dibawa ke Padang Panjang untuk bedah bangkai (nekropsi) sekaligus diopset.
Tindakan bedah bangkai ini diakui tanpa dilaporkan terlebih dahulu dan tanpa izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Barat sebagai pihak yang memberikan izin konservasi ke Kebun Binatang Kinantan.
Sementara Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias memberikan perhatian khusus pada kematian dua anak harimau sumatera ini.
“Kita tidak main-main soal ini, ini menyangkut nama harga diri dan kota kita. Yakinlah, kalau nanti misalnya ada indikasi mati dianiaya akan kita proses, “ janjinya.
Seperti diberitakan sebelumnya sepasang anak harimau sumatera berusia 5 bulan bernama Puti dan Raja lahir di Kebun Binatang Kinantan Bukittinggi pada Kamis 14 Januari 2016.
Anak harimau hasil perkawinan harimau sumatera jantan bernama Bancah dan induk bernama Sean ini diakui pihak kebun binatang mati pada 30 Juni dan 1 Juli 2016 lalu.
Kematian satwa bernama latin panthera tigris sumatranus ini baru diketahui publik dan media setelah para pedagang, fotografer dan pengunjung yang mengisi libur lebaran ke kebun binatang beberapa hari hingga Jumat 15 juli lalu tidak melihat kedua anak harimau di dalam kandang. Saat ditelusuri ternyata satwa favorit baru kebun binatang ini telah mati sebelum lebaran.