BABAT POST – Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang sering menyerang masyarakat Indonesia. Saat ini saja Indonesia menduduki peringkat kedua penderita DBD setelah Brazil. Bahkan menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2009-2011 jumlah kematian akibat DBD di Indonesia mencapai 1.125 kasus. Data tersebut sekaligus menempatkan Indonesia di Asia Tenggara sebagai negara tertinggi dalam kasus penyakit DBD.
Sedangkan menurut data Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2013, jumlah penderita DBD di seluruh 31 provinsi mencapai 48.905 orang, termasuk 376 orang diantaranya meninggal dunia. Jadi, pada dasarnya DBD adalah penyakit yang sangat umum di Indonesia.
Dan berdasarkan data pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUD Depok, tercatat sejak Januari hingga 18 Juli mencapai 1.011 pasien. Periode tertinggi ada di bulan April yang mencapai 191 penderita.
Direktur RSUD Depok, Dewi Damayanti mengatakan, pada awal tahun jumlah penderita yang dirawat sebanyak 151 orang. Jumlah itu meningkat dari bulan Desember 2015 lalu.
“Desember lalu hanya 51 orang yang dirawat,” kata Dewi kepada wartawan, Senin (18/7/2016).
Dari jumlah 151 penderita bukan seluruhnya warga Depok. Catatan yang dimiliki, warga Depok yang dirawat di RSUD hingga 31 Januari 2016 hanya 126 orang.
“Dari luar Depok 25 pasien,” ungkapnya.
Dirinci pada Februari terjadi peningkatan menjadi 177 penderita dan Maret 179 penderita. Jumlahnya melonjak lagi pada April yang mencapai 191 penderita.
“Ini tertinggi dari data yang kami miliki,” tandasnya.
Sedangkan pada Mei terjadi penurunan menjadi 176 penderita. Jumlah penderita berangsur turun pada Juni yang mencapai 79 orang dan Juli hingga Senin (18/7) hanya 57 orang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Agus Ghozali mengatakan jumlah korban meninggal mencapai empat orang dari total penderita 296 orang dari Januari sampai Maret pekan ketiga 2016. Jumlah korban meninggal meningkat bila dibandingkan dengan 2015, yang hanya dua orang dari total penderita sebanyak 1.784 orang selama setahun.
“Virus DBD sekarang lebih ganas menyerang manusia,” kata Agus.
Rokiah, warga Beji menuturkan, dua orang cucunya meninggal akibat menderita DBD. Pertama, cucunya meninggal pada bulan Februari. Saat itu cucunya sempat dirawat di rumah sakit.
“Meninggal karena menderita DBD, sudah dirawat juga,”katanya.
Selang beberap bulan kemudian, cucunya yang lain juga menderita penyakit serupa. Dia tidak tahu dimana cucunya terkena gigitan nyamuk. Dia berharap agar ada perhatian dari pemerintah terkait DBD. Apalagi saat ini sudah memasuki musim penghujan lagi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Lies Karmawati mengatakan, pemeriksaan jentik berkala (PJB) sudah dilakukan pihaknya untuk mengurangi perkembangbiakkan bibit nyamuk.
Dikatakan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan dengan penguburan barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk.
“Kalau tidak memungkinkan baru diberikan abate,” katanya.
Menurutnya, DBD dikatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) jika disatu waktu yang sama terjadi peningkatan jumlah penderita tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.