BABAT POST – Sepertinya GP Jerman menjadi momok menakutkan bagi sejumlah pembalap tak terkecuali dua pembalap sekelas Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Dan jelang pbergulirnya GP Jerman pada hari ini, Minggu (17/7/2016), Valentino Rossi merasa galau. Pembalap Movistar Yamaha itu merasa bakal dalam masalah besar jika suhu udara menurun drastis saat lomba.
Rossi pun mengaku kurang yakin dapat tampil maksimal saat melintasi Sachsenrin. Pasalnya, dia menilai masih belum bisa bersahabat lagi dengan sirkuit sepanjang 3,7 km itu.
Icon asal Italia itu tidak berdaya di GP Jerman selama enam tahun terakhir. Setelah jadi yang tercepat pada edisi 2009, Rossi dipaksa melihat Repsol Honda mendominasi. Mulai 2010-2012, The Doctor kalah bersaing dari Dani Pedrosa. Sedangkan sejak 2013 sampai musim lalu, giliran Marc Marquez yang berkuasa.
Pemandangan tersebut mungkin saja terus bertahan. Rossi menilai ada beberapa hal yang bisa menghalanginya berdiri di podium pertama. Salah satunya suhu udara dan cuaca. Pembalap berumur 37 tahun itu mengaku akan sulit menang jika adu cepat di suhu dingin dan lintasan basah.
Rossi mengklaim bisa lebih kompetitif jika kuda besinya melaju di lintasan kering dengan suhu relatif panas. Tapi, jika yang terjadi sebaliknya, dia tidak bisa berjanji bakal mampu merebut angka penuh.
“Kami sangat kesulitan mendapatkan suhu yang tepat untuk ban depan. Itu membuat balapan jadi sangat berbahaya dan membuat Anda sangat frustrasi. Sebab, Anda tidak bisa melaju dengan kecepatan maksimum. Setiap kali menaikan akselerasi, Anda akan punya perasaan bakal jatuh,” ungkap Rossi, dilansir crash.
Sembilan kali jawara dunia itu tidak asal bicara. Hasil kualifikasi menjadi bukti seberapa besar kesulitan yang menghadang di Sachsenring. Rossi mengaku sangat beruntung bisa merebut posisi ketiga.
“Jika kondisinya normal, saya merasa kami bisa sangat kompetitif. Kami bisa melakukan balapan yang bagus. Tapi, lihat saat sesi latihan bebas. Marc Marquez sedikit lebih cepat. Jadi saya pikir akan sangat sulit (untuk menang). Sekarang pertanyaan terbesar bagi semua orang adalah cuaca,” tambah Rossi.
Mantan pembalap Ducati itu mengaku perlu bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Soalnya, saat balapan nanti, ada potensi kondisi cuaca bakal kurang bersahabat. Diyakini bakal hujan.
“Jika suhunya sangat, sangat dingin, kami akan dalam bahaya besar. Sebab, kami tidak bisa berkendara dengan sempurna. Jika nanti lintasannya basah, maka bakal jadi kerugian bagi semua orang. Soalnya, kami harus memulai dari nol. Dan, kami tidak tahu apakah bisa kompetitif,” pungkas pemilik nomor 46 itu.
Sementara itu rekannya di Yamaha, Jorge Lorenzo mengaku kehabisan cara untuk memenangi GP Jerman. Fokus utamanya bukan lagi berdiri di podium pertama, melainkan mencoba menyelesaikan balapan.
Peruntungan Lorenzo selama berada di Jerman sangat memprihatinkan. Pembalap Movistar Yamaha itu sudah tiga kali terjatuh di sirkuit Sachsenring. Jawara dunia musim 2015 tersebut memulai kampanyenya dengan terlibat kecelakaan di Tikungan 11 saat latihan bebas. Imbasnya, dia terdampar di posisi 16.
Lorenzo bisa tampil lebih bagus pada hari berikutnya. Tapi, tetap saja tertimpa kesialan. Pembalap asal Spanyol itu tabrakan di Tikungan 8, yang diperparah dengan terjatuh di Tikungan 1. Akibatnya, rekan setim Valentino Rossi itu harus memulai balapan dari grid ke-11.
“Tiga kecelakaan yang saya alami, cukup berbeda satu dengan lainnya. Jadi Anda harus berhati-hati di sejumlah area dan kondisi cuaca tertentu. Kami harus beradaptasi lagi sampai Michelin membuat langkah maju soal grip pada ban depan,” cetus Lorenzo, dikutip autosport.
Petaka yang terus menimpa pada pekan ini membuat Lorenzo tidak menargetkan misi khusus. Sebab, saat lomba dimulai, Minggu (17/7/2016), dia hanya berusaha agar tidak terjatuh dan sebisa mungkin menyentuh garis finish.
“Saya harus lebih waspada dan berhati-hati agar tidak mengalami kecelakaan lebih banyak. Saya tidak akan berkilah kurang beruntung. Saya menggunakan ban yang sama seperti pembalap lainnya. Dan, saya yang paling banyak celaka, artinya ada sesuatu yang salah,” tambah Lorenzo.
Lorenzo mengklaim semua ini karena masih belum sepenuhnya bisa beradaptasi dengan ban buatan Michelin. Dia lupa kalau musim ini sudah tidak lagi memakai ban Bridgestone. Itu membuatnya kerap melakukan sejumlah kesalahan.
“Saya seharusnya tidak melaju terlalu ke pinggir lintasan (ketika kecelakaan pertama). Sebab, saya biasa menusuk dari sisi ketika memakai Bridgestone. Tapi, dengan Michelin, itu tidak memungkinkan,” pungkas Lorenzo.