Kasus Brexit Bukti Nyata Gagalnya Kepolisian dalam Memberi Pelayanan Arus Mudik

BABAT POST – Kini masyarakat Indonesia sudah mulai melanjutkan aktivitasnya pasca libur lebaran 2016. Namun, kejadian saat arus mudik kemarin mungkin masih terngiang-ngiang di benak pemudik.

Terutama kasus Brexit. Kemacetan parah yang terjadi di Tol Brebes Timur (Brexit) yang berujung pada meninggalnya belasan pemudik itu kini menjadi sorotan banyak pihak.

Read More

Bahkan, masyarakat secara garis besar menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap pelayanan pemerintah saat arus mudik 2016. Hal itu terungkap dalam survey Indonesian Network for Public Service Watch (Inpitch) dan Berdikari Institute.

INPITCH mencatat, ada beberapa poin yang menjadi perhatiannya yang menjadi carut-marutnya arus mudik Lebaran 2016.

“Kurangnya sinergi dari pihak-pihak yang berkepentingan, yakni kepolisian, dephub, Departemen Pekerjaan Umum dan depkes membuat arus mudik Lebaran 2016 horor dan memakan korban jiwa hingga belasan orang,“ tutur Paring Waluyo Utomo selaku Direktur Eksekutif INPITCH, di Cikini, Kamis kemarin (14/7/2016).

Rekayasa arus lalu lintas yang dilakukan kepolisian pun dinilai gagal, karena tak memperhitungkan volume kendaraan dan hanya mengandalkan jalan Tol Cipali.

“Kasus Brexit bukti nyata kepolisian gagal dalam memberi pelayanan arus mudik. Pemerintah tak mampu antisipasi, dan hal ini membuktikan pelayanan Polri yang buruk,“ sambung Paring Waluyo.

Menurut surveinya, kemacetan parah yang terjadi di pintu Tol Brebes Timur selama arus mudik Lebaran terjadi karena kurangnya koordinasi dan sinergitas dengan internal kepolisian.

“Setiap polres berlomba-lomba untuk membuang arus kendaraan agar tidak kemacetan di wilayahnya. Hal ini mengakibatkan pemumpukan di titik jalur terakhir, seperti misalnya di Brebes Timur,” jelasnya.

Lebih lanjut, surveinya menyebutkan, masyarakat tidak puas dengan kinerja Polri terkait kejelasan informasi soal rute pengalihan arus untuk menghindari kemacetan dan kondisi jalan.

“Masyarakat juga tidak mendapat informasi yang utuh soal jalur alternatif, sehingga banyak jalur alternatif tidak digunakan secara maksimal oleh pemudik. Menurut pantauan kami, jalur alternatif tidak digunakan maksimal,” terangnya.

Survey yang digagas oleh Inpitch dan Berdikari Institute ini dilakukan mulai 3-5 Juli 2016 untuk arus mudik dan 8-10 Juli 2016 untuk arus balik. Sebanyak 5.048 responden dilibatkan dengan komposisi 70% pengguna motor dan mobil, sisanya pengguna kendaraan umum.

Inpitch dan Berdikari Institute memantau 16 titik survey berdasarkan catatan kepolisian lima tahun terkait lokasi mudik yang menjadi langganan macet dan rawan kecelakaan.

Related posts