WNI Kembali di Culik, Presiden Jokowi Kirim Surat ke Presiden Filipina

BABAT POST – Kembali tiga orang Warga Negara Indonesia diketahui diculik oleh kelompok bersenjata di Filipina di wilayah perairan Malaysia pada tanggal 9 Juli lalu. Para penculik mencegat kapal tempat ketiga WNI itu bekerja, dimana kapal itu berisi tujuh orang anak buah kapal, namun hanya tiga orang yang diculik. Tiga ABK itu semuanya adalah WNI.

Dan terkait terulangnya kembali kasus penculikan WNI itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengirim surat kepada Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Jokowi meminta Filipina memberikan perhatian maksimal terhadap penanganan kasus penculikan‎ warga negara Indonesia (WNI) yang sampai kini terus terjadi.

Read More
Berita Terkait :  Kecemasan Jokowi Saat Demonstrasi 4 November nanti

‎”Presiden (Jokowi) juga menyampaikan adanya suatu masalah yang membutuhkan perhatian dan presiden jokowi yakin Presiden Duterte akan beri perhatian yang cukup baik, perhatian penuh terhadap isu mengenai masalah penculikan,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Istana Negara, Jakarta, Rabu kemarin (13/7/2016).

Menurut Retno, surat Presiden Jokowi kepada Pemerintah Filipina disampaikan melalui dirinya pada 1 Juli 2016 lalu. Surat tersebut juga sekaligus menandai kerja sama yang baik antarkedua negara.

Retno mengatakan, pengamanan perairan di wilayah perbatasan antarnegara juga dilakukan secara bersama-sama dilakukan Indonesia, Filipina dan Malaysia.

Berita Terkait :  Presiden dan Wapres dipastikan hadiri pembukaan Muktamar Ke-34 NU

Dia yakin dalam sepekan ini akan dicapai kerja sama pengamanan wilayah perairan Filipina, khususnya berkaitan dengan pengiriman batubara ke Filipina.

“Kemarin kita dapat masukan yang cukup banyak dan akan saya bawa untuk pertemuan. Besok saya dengar ada pertemua lagi. Mudah-mudahn dalam waktu dekat akan dikompletkan kerja sama untuk pengamanan,” katanya.

Sebelumnya, Militer Filipina mengatakan, pasukannya telah menewaskan 40 ekstrimis Abu Sayyaf dan melukai 25 lainnya dalam dua serangan militer. Ini adalah aksi ofensif kontra terorisme pertama sejak Presiden Rodrigo Duterte menjabat.

Berita Terkait :  Markus Nari Diduga Terima Uang Pelicin Senilai Rp 4 Miliar

Juru bicara militer regional Mayor Filemon Tan mengatakan, 22 militan tewas dan 16 lainnya luka-luka dalam serangan yang dimulai pekan lalu di hutan Provinsi Sulu. Satu tentara tewas dalam pertempuran itu.

“Operasi militer diintensifkan, berkoordinasi dengan polisi dan pemerintah daerah provinsi Basilan dan Sulu, untuk menetralisir Abu Sayyaf,” kata Tan seperti dikutip dari Asian Correspondent, Selasa kemarin (12/7/2016).

Tan juga mengatakan, 18 anggota Abu Sayyaf tewas dan sembilan lainnya luka-luka dalam serangan simultan di provinsi pulau terdekat dari Basilan.

Duterte telah memperingatkan Abu Sayyaf untuk menghentikan gelombang penculikan untuk meminta tebusan dan menyatakan ia akan menghadapi kelompok militan tersebut.

Related posts